Selasa 18 May 2021 16:16 WIB

Eric Clapton Kritik Keras Vaksinasi Covid-19

Eric Claptop mengaku alami efek samping parah setelah vaksinasi Covid-19 AstraZeneca.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Eric Claptop mengaku alami efek samping parah setelah vaksinasi Covid-19 AstraZeneca.
Foto: Reuters
Eric Claptop mengaku alami efek samping parah setelah vaksinasi Covid-19 AstraZeneca.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah mengkritik kebijakan lockdown lewat lagu, Eric Clapton kini mengkritik keamanan vaksin Covid-19. Lewat sebuah surat terbuka, musisi kenamaan Inggris itu mengungkap bagaimana kejadian pahit yang ia alami pasca divaksin Covid-19.

Pada bulan Februari, Clapton menerima vaksinasi dosis pertama dan kedua AstraZeneca. Setelah menerima vaksin, ia mengaku mengalami efek samping parah. 

Baca Juga

Pengalaman pahit pasca divaksinasi itu sebenarnya dia tuliskan dalam sebuah surat kepada Robin Monotti Graziadei. Namun oleh Graziadei, surat tersebut dibagikan di Telegram atas izin Clapton.

"Saya mengalami reaksi yang sangat buruk setelah divaksin. Tangan dan kaki saya rasanya membeku, mati rasa, terbakar, hampir tidak berguna selama dua minggu. Saya khawatir saya tidak akan pernah bermusik lagi, saya menderita neuropati perifer dan seharusnya tidak pernah mendekati jarum suntik," kata Clapton seperti dilansir dari laman The Rolling Stone, Selasa (17/5).

Berdasar pada pengalaman pahitnya setelah divaksin, Clapton kemudian mengkritisi progpaganda pemerintah dan pakar kesehatan yang menyebut bahwa vaksin itu aman untuk semua orang. 

"Propaganda bahwa vaksin itu aman bagi semua orang lebih gencar disampaikan, daripada efek samping dan bahayanya," kata Clapton.

Clapton sebelumnya merilis lagu yang mengkritisi kebijakan lockdown Covid-19. Bersama Van Morrison, ia merilis lagu anti-lockdown bertajuk "Stand and Deliver" pada Desember 2020. Lagu itu mengungkap ketidakpuasan Clapton terhadap kebijakan lockdown di Inggris.

"Saya terus menapaki jalan pemberontakan pasif dan mencoba menarik garis untuk dapat secara aktif mencintai keluarga saya, tetapi sulit untuk menahan lidah saya dengan apa yang sekarang saya ketahui," tulis Clapton.

“Lalu saya bertemu Van Morrison, dan saat itulah saya menemukan jalan untuk bersuara atas kegelisahan saya. Bersama dia, saya merekam 'Stand and Deliver' pada tahun 2020, meski setelah itu saya dihujani hinaan dan cemoohan," kata Clapton.

Dalam sebuah pernyataan akhir tahun 2020, Clapton juga menegaskan bahwa kritiknya tersebut menjadi sebuah upaya pemberontakan melawan tirani dan otoritas arogan.

“Sepanjang hidup, saya telah menjadi pemberontak dan melawan tirani. Tapi saya juga mendambakan persekutuan, kasih sayang dan cinta. Saya percaya dengan itu semua, kita bisa menang," tegas Clapton.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement