Selasa 18 May 2021 23:02 WIB

Kepala Daerah se-Jateng Diminta Antisipasi Perayaan Syawalan

Tak menutup kemungkinan terjadi banyak pergerakan masyarakat pada momen itu.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Qommarria Rostanti
Bupati/wali kota di Jawa Tengah diminta untuk mengantisipasi keramaian warga pada perayaan Syawalan yang berlangsung sepekan setelah Idul Fitri (ilustrasi).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Bupati/wali kota di Jawa Tengah diminta untuk mengantisipasi keramaian warga pada perayaan Syawalan yang berlangsung sepekan setelah Idul Fitri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mobilitas dan aktivitas warga usai Lebaran belum usai. Di sejumlah daerah di Jawa Tengah masih ada tradisi Syawalan atau Lebaran ketupat.

Untuk itu, bupati/wali kota di Jawa Tengah diminta untuk mengantisipasi keramaian warga pada perayaan Syawalan yang berlangsung sepekan setelah Idul Fitri.

"Tidak menutup kemungkinan terjadi pergerakan masyarakat yang banyak pada acara perayaan Syawalan tersebut," ujar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/5).

Terlebih para pemangku kepentingan juga tengah berkonsentrasi penuh untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya lonjakan kasus Covid-19 setelah momentum libur Lebaran berlalu. Gubernur mengatakan, perihal antisipasi perayaan Syawalan di daerah juga sudah diingatkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) serta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) pada rapat koordinasi penanganan Covid-19 hari ini.

"Kami tadi rapat dengan Menkes dan Mendagri, daerah juga diingatkan soal perayaan Syawalan, terkait dengan upaya pencevahan penyebaran Covid-19, karena itu memang tradisi di masyarakat kita," kata Ganjar.

Perayaan Syawalan tersebut akan jatuh pada Kamis (20/5). Bupati/ wali kota yang di daerahnya ada tradisi Syawalan harus tetap siaga untuk meminimalisasi risiko penyebaran Covid-19.

Apalagi larangan mudik pada Lebaran kali ini telah berakhir pada 17 Mei 2021 kemarin. Sehingga, ada kemungkinan orang akan mudik setelah tanggal itu untuk merayakan Syawalan bersama keluarga di kampung halamannya.

"Maka catatan kami, hari Kamis harus siap-siap, karena kemungkinan akan adanya perayaan Syawalan serta arus mudik setelah masa larangan dan pembatasan yang kemarin dilakukan, telah berakhir," ujarnya.

Bupati/wali kota harus bisa memastikan betul bahwa tradisi yang digelar tidak melanggar protokol kesehatan maupun SOP pencegahan penyebaran Covid-19. "Jadi itu, selain mempersiapkan antisipasi lonjakan kasus yang berpotensi terjadi dalam 14 hari ke depan, seluruh bupati/wali kota juga barus bisa mengendalikan perayaan Syawalan di daerahnya," ujar Ganjar.

Kepala Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengatakan, belum ada peningkatan kasus Covid-19 beberapa hari usai Lebaran. Beberapa daerah memang ada sedikit peningkatan kasus baru, seperti di Kabupaten Semarang, Demak, Pati, Kudus, dan Kabupaten Grobogan. Namun peningkatan itu bukan kasus yang berasal dari aktivitas mudik Lebaran. "Banyak dari kasus yang muncul beberapa waktu lalu, yakni klaster keluarga," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement