Rabu 19 May 2021 18:27 WIB

Ini Alasan Objek Wisata di Jabar Beroperasi Saat Lebaran

Saat ini pertumbuhan ekonomi di Jabar masih terbilang rendah.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Anak-anak berenang di area kolam renang Hotel The 1O1, Suryakencana, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/5/2021). Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor Yuno Abeta Lahay mengatakan kebijakan larangan mudik lokal atau berkunjung lintas daerah Jabodetabek dan pembatasan kunjungan obyek wisata saat liburan Hari Raya Idul Fitri 1442 H menyebabkan tingkat hunian hotel di Kota Bogor menurun hingga 45 persen.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Anak-anak berenang di area kolam renang Hotel The 1O1, Suryakencana, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/5/2021). Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor Yuno Abeta Lahay mengatakan kebijakan larangan mudik lokal atau berkunjung lintas daerah Jabodetabek dan pembatasan kunjungan obyek wisata saat liburan Hari Raya Idul Fitri 1442 H menyebabkan tingkat hunian hotel di Kota Bogor menurun hingga 45 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Hampir seluruh objek wisata di Jawa Barat (Jabar) tetap beroperasi selama libur Lebaran 1442 H. Kebijakan itu bukan diambil tanpa alasan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar ingin di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, roda perekonomian tetap bisa berjalan.

Wakil Gubernur (Wagub) Jabar, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, pemerintah membuat keputusan selalu memikirkan berbagai sektor. Termasuk dalam kebijakan membiarkan objek wisata beroperasi di tengah aturan larangan mudik pada Lebaran. "Itu untuk menggeliatkan ekonomi. Sehat tapi ekonomi tak berjakan juga bahaya," kata dia di Tasikmalaya, Rabu (19/5). 

Menurut dia, aktivitas wisata saat libur Lebaran merupakan salah satu momen yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jabar. Apalagi, saat ini pertumbuhan ekonomi di Jabar masih terbilang rendah.

Namun, diperbolehkannya objek wisata beroperasi selama libur Lebaran bukan tanpa syarat. Pengelola objek wisata dan wisatawan harus tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. "Kemarin Pangandaran (sempat) ditutup karena tidan menerapkan prokss. Itu karena tidak terjadi kesepahaman dengan pengunjung dan pengelola terkait penerapan prokes," kata Uu.

Ia mengaku sudah datang langsung ke Kabupaten Pangandaran untuk berkomunikasi dengan para pelaku usaha wisata di tempat itu. Para pelaku usaha menyampaikan keberatannya atas penutupan yang dilakukan secara mendadak itu.

"Saya datang ke sana dimarahin pedagang, didemo pedagang. Kita jelaskan. Kita harus instrosepksi diri agar semua lebih baik lagi," kata dia. 

Belakangan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran memutuskan kembali membuka objek wisata pada Selasa (18/5). Kebijakan itu diambil setelah pemerintah setempat melakukan evaluasi dan membuat komitmen bersama para pelaku usaha pariwisata. 

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Untung Saeful Rachman mengatakan, sejak Selasa pukul 00.00 WIB, diputuskan seluruh objek wisata dapat kembali beroperasi. Sebab, Pemkab Pangandaran telah membuat komitmen bersama dengab seluruh pelaku usaha wosata, baik pengelola destinasi atau pelaku usaha jasa pariwisata, agar ikut mengawasi prokes di objek wisata."Mereka menyatakan siap menjadi pionir untuk mengedukasi dan mengawasi wisatawan terkait penerapan prokes, khususnta dalam penggunaan masker," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (18/5).

Sebelumnya, Pemkab Pangandaran menutup seluruh objek wisata di Kabupaten Pangandaran sejak Ahad (16/5). Kebijakan itu diambil setelah video wisatawan berkerumun tanpa menerapkan prokes di Pantai Batukaras viral di media sosial pada Sabtu (15/5).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement