REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai banjir yang melanda sejumlah kabupaten kota di Aceh membuktikan semakin parahnya kerusakan hutan di provinsi ujung barat Indonesia tersebut. "Banjir yang terjadi tersebut sudah jelas disebabkan kerusakan hutan. Sekarang ini, Aceh, baik di pantai Timur maupun Barat, juga wilayah tengah sudah menjadi daerah rawan banjir," kata Direktur Eksekutif Daerah Walhi Aceh Muhammad Nur di Banda Aceh, Rabu (19/5).
Menurut Muhammad, hampir di seluruh wilayah di Provinsi Aceh dilanda banjir saat hujan. Bencana banjir tersebut sudah menjadi rutinitas. Sebab, setiap hujan dengan intensitas tinggi, langsung banjir.
"Bencana banjir di Aceh ini tidak bisa lagi dibendung. Hal ini membuktikan bahwa kerusakan hutan semakin parah. Tidak ada solusi jangka pendek mengatasi bencana banjir tersebut," kata Muhammad.
Muhammad mengatakan solusi mengatasi banjir tersebut satu, yakni menghentikan penebangan hutan, pembukaan lahan, serta memperbaiki tata kelola hutan. Solusi tersebut merupakan jangka panjang yang harus terus dilakukan.
Selain itu, kata Muhammad, pemerintah daerah di Aceh juga harus melakukan pembangunan tepat sasaran dan ramah lingkungan. Tanpa itu, maka bencana banjir akan terus dirasakan masyarakat Aceh. "Banjir yang terjadi sekarang ini tidak bisa dihindari, namun hanya bisa diurai. Pencegahan banjir baru bisa dilakukan jika pola pikir elemen masyarakat di Aceh sama, yang sama-sama berorientasi menjaga lingkungan," kata Muhammad. Sebelum, sejumlah wilayah di Aceh seperti di Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Simeulue, Kota Subulussalam, dilanda banjir menyusul hujan lebat sejak beberapa hari terakhir.