REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,4 persen pada 2021. Hal ini sesuai asumsi kasus Covid-19 dapat dikendalikan.
Head of Macroeconomic & Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina mengatakan pemerintah harus mampu menahan laju kasus Covid-19 demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional yang positif, meski dalam beberapa waktu ke depan terdapat potensi kenaikan angka kasus akibat libur Lebaran.
“Keseluruhan tahun ini kami memperkirakan ekonomi tumbuh 4,4 persen. Tentunya ini on the back asumsi pengendalian Covid-19-nya ini tetap bisa di-push, jangan sampai kehilangan kendali tapi harapannya pemerintah dapat terus mengendalikan penerapan protokol kesehatan yang terus diperketat,” ujarnya berdasarkan riset Bank Mandiri seperti dikutip Kamis (20/5).
Menurutnya ekonomi Indonesia telah mulai masuk ke fase pertumbuhan lebih baik yakni dilihat dari realisasi kuartal I 2021 sebesar minus 0,74 persen atau meningkat dibandingkan realisasi sebelumnya yang sangat tertekan. Dia menjelaskan realisasi kuartal I 2021 didorong oleh government spending dan ekspor, seiring mulai terjadi pemulihan di negara-negara besar seperti AS dan China yang merupakan mitra dagang Indonesia.
“Juga dipengaruhi oleh harga komoditas dunia yang merespons recovery di negara-negara besar seperti AS dan China, sehingga ini menjadi positif dan turut mendukung pertumbuhan ekonomi kuartal I,” ucapnya.
Dian menyatakan optimisme perbaikan ekonomi akan terus berlanjut pada kuartal II 2021 bahkan diproyeksikan terjadi strong rebound.
“Menurut kami kuartal II 2021 ada mencatat strong rebound karena beberapa indikator awal itu sudah menunjukkan pemulihan,” katanya.
Sementara Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan menambahkan perbaikan ekonomi kuartal II 2021 juga akan didukung oleh indeks kepercayaan konsumen (IKK) pada April 2021. Tercatat IKK pada April 2021 menunjukkan level optimistis tercermin dari jumlah frekuensi dan nilai yang ditransaksikan, sehingga menandakan peningkatan ekspektasi konsumen kepada kondisi ekonomi ke depan yang optimistis.
“Pulihnya kepercayaan masyarakat memicu meningkatnya belanja konsumen menjelang perayaan Lebaran,” katanya.