REPUBLIKA.CO.ID, MALANG – Asisten Rektor Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyaan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Pradana Boy didapuk menjadi penceramah pada sholat Idul Fitri berjamaah, Kamis (15/5). Di kesempatan itu, Boy mengisahkan dialog antara sufi Jalaluddin Rumi dan salah satu penguasa di masanya.
Sang penguasa berkata dulu orang kafir bersujud dan menyembah berhala. Kini manusia juga melakukan hal yang sama, bersujud dan menghamba pada berhala-berhala yang ada dalam dirinya. Baik itu ketamakan, dendam, bahkan juga hasrat nafsu. “Kemudian ia bertanya bahwa masih pantaskah kita mengaku sebagai Muslim?" kata Boy.
Kemudian Rumi menjawab dengan menyampaikan bahwa hal semacam itu bisa terlintas di pikiran sang penguasa. Hal ini karena mata hatinya telah dibukakan yang Maha-Agung sehingga dia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang keji.
Rumi juga mengatakan, air asin akan terasa asin jika lidah tersebut pernah merasakan manis. Begitupun dengan hal lain, sesuatu akan menjadi jelas setelah melihat hal yang sebaliknya. Jika dihubungkan dengan Ramadhan, kisah tersebut memiliki relevansi pandangan terkait kesadaran.