Kamis 20 May 2021 13:10 WIB

Catat Rekor, Ekspor April 2021 Tertinggi Sejak 2011

Secara bulanan (month to month/mtm) ekspor April 2021 naik 0,69 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kenaikan tinggi nilai ekspor pada April 2021. Tercatat ekspor mencapai 18,48 miliar dolar AS. Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, capaian tersebut tertinggi sejak Agustus 2011.

"Saat itu nilai ekspor sebesar 18,64 miliar dolar AS, jadi kembali ini tertinggi sejak Agustus 2011," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Kamis (20/5).

Baca Juga

Suhariyanto menyampaikan, secara bulanan (month to month/mtm) ekspor April 2021 naik 0,69 persen dari 18,35 miliar dolar AS, adapun secara tahunan ekspor tersebut mengalami lonjakan hingga 51,94 persen dari posisi 12,16 miliar dolar AS.

Lebih detail, angka ekspor migas April 2021 sebesar 960 juta dolar AS, adapun non migas tembus 17,52 miliar dolar AS. Suhariyanto menjelaskan, secara mtm, ekspor migas naik 5,34 persen sedangkan non migas juga meningkat 0,44 persen. Secara yoy, keduanya naik 69,60 persen dan 51,08 persen.

Pada sektor non migas, ekspor pertanian sebesar 340 juta dolar AS. Angka itu turun 14,55 persen secara mtm namun melonjak 18,98 persen secara yoy.

Sementara industri pengolahan tercatat mencetak nilai ekspor hingga 14,92 miliar dolar AS, naik 0,56 persen mtm dan melonjak 52,65 persen yoy.

Terakhir, ekspor pertambangan dan lainnya sebesar 2,72 miliar dolar AS. Suhariyanto mengatakan nilai tersebut naik 2,33 persen mtm dan naik 47,02 persen yoy.

"Ekspor ke China mengalami peningkatan terbesar, nilainya mencapai 201,2 juta dolar AS," kata Suhariyanto.

Adapun penurunan ekspor terbesar yakni ke India yang nilai penurunannya mencapai 123,8 juta dolar AS. Ia mengatakan, penurunan itu tidak lepas dari dampak fenomena ledakan Covid-19 yang sedang terjadi di India.

Sementara pangsa ekspor non migas hingga saat ini masih dipegang oleh China yang sebesar 22,4 persen. Selanjutnya diikuti oleh Amerika Serikat 11,6 persen serta Jepang sebesar 7,55 persen.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement