Kamis 20 May 2021 20:40 WIB

Jumlah Kasus Covid di Gaza Alami Peningkatan

Pusat pengungsian dikhawatirkan akan menjadli lokasi penyebaran Covid.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang anak laki-laki Palestina duduk di reruntuhan rumah keluarganya yang hancur setelah serangan udara Israel, di Kota Gaza, 19 Mei 2021.
Foto: EPA/MOHAMMED SABER
Seorang anak laki-laki Palestina duduk di reruntuhan rumah keluarganya yang hancur setelah serangan udara Israel, di Kota Gaza, 19 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Informasi Gaza mengungkapkan, Israel telah melakukan lebih dari 1.800 serangan udara yang menghancurkan bangunan dan infrastruktur. Lebih dari 220 warga sipil Palestina terbunuh, termasuk lebih dari 60 anak-anak.

Pada Senin (17/5), serangan udara Israel yang menargetkan Hamas, juga merusak gedung Kementerian Kesehatan Gaza di dekatnya. Akibatnya jendela hancur, dan memutus aliran listrik. Gedung itu selama ini juga menjadi salah satu pusat dan laboratorium pengujian virus korona utama Gaza.

Baca Juga

Menurut Wakil Menteri Kesehatan Palestina Dr. Yousef Abu Al-Reesh, pada Rabu (19/5) fasilitas itu masih tidak berfungsi dan listrik masih dalam keadaan tidak berdaya. Pihak berwenang beralih ke laboratorium yang dikelola swasta untuk memproses sejumlah tes yang tersedia hanya untuk orang-orang yang melarikan diri ke Mesir melalui penyeberangan Rafah. Kendati demikian, IDF membantah dengan sengaja menargetkan gedung tersebut.

Angkatan udara Israel pada Ahad lalu menuduh Hamas sengaja memasang pusat operasionalnya di dekat populasi sipil. Pusat itu hanyalah salah satu dari banyak fasilitas dan layanan yang terhenti di Gaza dalam putaran kekerasan terakhir ini.

Sebuah laporan PBB yang mengutip data Kementerian Kesehatan pada April menunjukkan peningkatan 60 persen kasus Covid-19 aktif di Gaza, meskipun infeksi tampaknya mereda pada akhir bulan. Kurang dari 2 persen populasi Gaza telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 pada akhir April. Ini sangat kontras dengan Israel, yang telah melampaui sebagian besar dunia dalam hal vaksin dengan menginokulasi lebih dari 60 persen penduduknya.

Sekarang warga Gaza, pihak berwenang, staf medis, dan badan kemanusiaan khawatir daerah kantong itu bisa terkena gelombang ketiga Covid-19, terutama di puluhan sekolah yang dikelola oleh badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Banyak sekolah tersebut berubah menjadi tempat penampungan bagi sebagian besar dari 72 ribu warga Palestina yang telah mengungsi akibat agresi Israel ke Gaza. Kementerian Kesehatan yakin gelombang sudah ada di sini.

"Gelombang ketiga Covid telah dimulai, dengan 30 persen orang yang dites terbukti positif," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip laman CNN, Kamis (20/5).

Kementerian Kesehatan mengatakan, lebih dari 100 orang dirawat karena Covid-19 di unit perawatan intensif. Direktur kementerian untuk Unit Pengendalian Keselamatan dan Infeksi, Dr. Rami Al-Abdalah mengatakan, sistem kesehatan berada di bawah tekanan yang sangat besar karena layanan yang runtuh.

"Keadaan semakin sulit. Sekolah penuh sesak dengan orang, tidak ada jarak sosial, kami pasti akan menghadapi bencana kesehatan. Kami sama sekali tidak dapat menjangkau semua orang yang terinfeksi," katanya.

UNRWA mengatakan sedang berjuang untuk memenuhi kebutuhan begitu banyak orang sambil mencegah penyebaran virus Corona. Juru bicara UNRWA Tamara Alrifai mengatakan, pihaknya sangat khawatir tentang sekolah UNRWA yang berubah menjadi tempat penampungan sehingga bisa saja juga menjadi penyebar virus, mengingat kepadatan yang berlebihan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement