REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan Covid-19 di Tanah Air masih terjadi. Guru Besar Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Soedjatmiko mengimbau agar membatasi kerumunan di mana pun, baik pemudik maupun yang tidak mudik.
Soedjatmiko meminta masyarakat untuk membatasi mobilitas dan batasi kerumunan di mana pun. "Jangan berkerumun di mana pun, baik yang mudik maupun yang tidak mudik," katanya saat mengisi konferensi virtual FMB9 bertema 'Terus Kencangkan Protokol Kesehatan', Kamis (20/5).
Ia mengakui, pemudik saat arus balik bisa berkerumun di kereta api, bus, pesawat udara, kapal laut, atau tempat wisata. Oleh karena itu, ia meminta sebaiknya keramaian seperti ini dihindari. Sedangkan bagi yang tidak mudik juga diminta sebaiknya jangan berkerumun di pusat perbelanjaan, apalagi di tempat wisata.
“Jangan sampai saudara kita tertular Covid-19 hingga bergejala berat dan masuk rumah sakit,” ujarnya.
Mengutip data Satgas Covid-19, Soedjatmiko menyebutkan bahwa dari enam hingga tujuh orang yang berkerumun ternyata ada satu orang yang positif Covid-19. Kondisi semakin diperparah ketika dalam kerumunan itu kecenderungan mengabaikan protokol kesehatan juga tinggi, seperti memakai masker tidak benar, bahkan tidak memakai masker sama sekali.
Bahkan, Soedjatmiko mengimbau bagi yang sudah divaksinasi sebanyak dua dosis secara lengkap pun agar tidak berkerumun. Sebab, masih ada peluang sebesar 35 persen bagi orang yang sudah divaksinasi untuk tertular Covid-19.
"Sehingga tidak ada jaminan kita kebal 100 persen dari Covid-19,” ujarnya.
Untuk menghindari itu, Soedjatmiko menyarankan, apabila ada keluarga yang mudik atau pernah berkerumun selama 1 jam atau lebih, perlu diwaspadai. "Sarankan untuk swab antigen atau PCR, dan bila perlu laporkan ke ketua RT/RW dan Satgas Covid-19 di lingkungan masing-
masing,” katanya.