Jumat 21 May 2021 03:05 WIB

Muhammadiyah: Indonesia Tentang Segala Bentuk Penindasan

Warga bangsa Indonesia harus mampu menyadari arti kemerdekaan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
  Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan hari kebangkitan nasional harus jadi momentum masyarakat untuk menyadari arti kemerdekaan.
Foto: Republika/ Wihdan
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan hari kebangkitan nasional harus jadi momentum masyarakat untuk menyadari arti kemerdekaan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional setiap 20 Mei. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, kebangkitan nasional merupakan tonggak penting menuju Indonesia merdeka.

"Rakyat Indonesia didasarkan hak-hak dasarnya bebas dari segala bentuk penindasan, eksploitasi, kekerasan dan kezaliman yang dilakukan penjajah," kata Haedar, Kamis (20/5).

Baca Juga

Di hari kebangkitan nasional, ia menuturkan, seluruh elit dan warga bangsa Indonesia penting mampu bangkit menyadari arti kemerdekaan. Sehingga, mampu membawa Indonesia menjadi bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, maju, adil dan makmur.

Haedar mengingatkan, itulah sebagaimana cita-cita kemerdekaan Indonesia. Ia menegaskan, jangan sampai kita membiarkan ada pihak-pihak yang membelokkan jalan dari cita-cita kebangsaan yang diletakkan pendiri NKRI pada 1945.

Ia menekankan, ketika ada negara yang sewenang-sewenang mengagresi bangsa lain, maka Indonesia layak menentangnya sebagai bagian dari urusan kita. Seraya membela bangsa yang dizalimi karena di dunia tidak boleh lagi ada kolonialisme.

"Apa haknya suatu negara mengekspansi bangsa lain, padahal Tuhan menciptakan semua umat manusia sama untuk hidup merdeka di seluruh muka bumi," ujar Haedar.

Untuk itu, ia menilai, peringatan Hari Kebangkitan Nasional merupakan momentum meneguhkan komitmen Indonesia atas nilai dan hakikat kemerdekaan. Sekaligus,  meluruskan kiblat keindonesiaan agar tidak salah jalan dalam mencapai tujuan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement