REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Warga Gaza mengisahkan mereka hidup dalam ancaman terus-menerus dalam beberapa hari terakhir. Abeer Z Barakat, seorang warga Central Gaza, menuturkan, tak ada tidur nyenyak di Gaza belakangan.
"Baru dua jam kami tidur, tiba-tiba 'bum!' jatuh bom Israel tak jauh dari rumah kami," kata dia dalam wawancara dengan Republika, akhir pekan lalu.
Ia juga menuturkan, sering kali roket Israel jatuh di Gaza pada waktu-waktu shalat wajib. "Pernah sekali waktu roket jatuh di dekat rumah kami saat kami sedang bersujud. Itu sujud paling indah yang pernah saya rasakan," kata Abeer menjelaskan ketenangan hatinya saat itu.
Mengingat ancaman itu, menurut Abeer, ia memilih tidur dengan hijab lengkap karena bom-bom militer Israel terus berjatuhan. Menurutnya, itu ia lakukan karena ingin tetap dalam keadaan tertutup jika meninggal tiba-tiba akibat serangan Israel.
Abeer mengaku, tak ingin auratnya terbuka seandainya gugur dalam pengeboman dan disoroti dunia. "Kami belajar dari pengeboman 2014. Saat itu, perempuan dan gadis remaja terekam dalam piyama dan gaun malam saat pengeboman," kata Abeer.
"Dan kami," kata Abeer melanjutkan, "selalu berdoa, jika terbunuh, kami meninggal sebagai syuhada."
Dalam perbincangannya dengan Republika, ia juga menyangkal klaim Israel bahwa serangan ke Gaza merupakan reaksi dari Israel atas roket-roket Hamas. "Mulanya kami di Masjid al-Aqsha (pada penyerangan akhir Ramadhan lalu) meminta bantuan pimpinan di Gaza. 'Tolong kami, kami terkepung,'" ia menuturkan.