Jumat 21 May 2021 14:49 WIB

Menlu Maroko Salahkan Spanyol atas Perselisihan Diplomatik

Maroko diduga melonggarkan pengawasan perbatasan hingga warganya masuk Spanyol

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Anak di bawah umur tanpa pendamping yang menyeberang ke Spanyol dikumpulkan di luar gudang yang digunakan sebagai tempat penampungan sementara saat mereka menunggu untuk diuji COVID-19 di daerah kantong Spanyol di Ceuta, dekat perbatasan Maroko dan Spanyol, Rabu, 19 Mei 2021.
Foto: AP/Bernat Armangue
Anak di bawah umur tanpa pendamping yang menyeberang ke Spanyol dikumpulkan di luar gudang yang digunakan sebagai tempat penampungan sementara saat mereka menunggu untuk diuji COVID-19 di daerah kantong Spanyol di Ceuta, dekat perbatasan Maroko dan Spanyol, Rabu, 19 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Menteri Luar Negeri Maroko, Nasser Bourita, menyalahkan Spanyol atas perselisihan diplomatik antara kedua negara, Kamis (20/5). Dia mengatakan penyeberangan migran massal dari Maroko ke daerah kantong Spanyol di Ceuta pekan ini karena cuaca dan kelelahan penjaga perbatasan.

Kantor berita Spanyol Efe dan kantor berita Maroko MAP menyatakan, Bourita memperingatkan bahwa Rabat akan mengambil sikap yang lebih tegas daripada di masa lalu. "Maroko saat ini bukanlah masa lalu dan Spanyol perlu memahami ini," ujarnya.

Baca Juga

Maroko diduga melonggarkan pengawasan perbatasannya dengan Ceuta pada awal pekan ini. Kondisi ini membuat ribuan migran mengalir ke kantong tersebut dengan menyeberangi perairan.

Menteri Luar Negeri Maroko ini mengatakan masuk migran ke Ceuta bukanlah insiden seperti itu yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir. Cuaca cerah membuatnya lebih mudah untuk berenang di teluk kecil ke dalam kantong dan penjaga perbatasan kelelahan setelah liburan Idulfitri.

"Tidak ada perubahan pada aparat darat Maroko dan tidak ada yang bisa menyeberang lewat darat," kata Bourita.

Setelah kritikan dari Spanyol atas peristiwa itu, Maroko menarik duta besarnya untuk Madrid pekan ini. Tindakan ini karena keputusan Spanyol memilih merawat pemimpin kelompok dari Sahara Barat Front Polisario, Brahim Ghali, di rumah sakit. Spanyol membiarkan dia masuk ke negara itu dengan dugaan Ghali menggunakan paspor Aljazair dengan nama palsu.

Bourita menyatakan Maroko tidak akan mengembalikan duta besar selama penyebab krisis masih ada. "Jika ada masalah atau krisis itu karena Spanyol lebih suka bertindak dan berkoordinasi dengan musuh Maroko melawan perasaan rakyat Maroko dalam kaitannya dengan masalah fundamental bagi kerajaan," katanya.

Spanyol menyebut masuknya migran sebagai krisis serius bagi negara itu dan Eropa. Menteri Pertahanan Spanyol, Margarita Robles, menuduh Maroko memeras Spanyol karena masalah perbatasan. Bourita pun menolak tuduhan itu.

Bourita mengatakan episode itu telah menunjukkan bahwa Maroko memikul beban untuk memerangi migrasi ke Spanyol. Negara itu menurunkan 20.000 anggota pasukan keamanan untuk tujuan itu saja.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement