REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan gencatan senjata dengan pasukan pejuang Hamas di Jalur Gaza, Palestina. Gencatan senjata tersebut disepakati dengan suara bulat tanpa syarat yang diprakarsa Mesir.
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), KH Jeje Zaenudin, menyampaikan bahwa titik awal ini merupakan isyarat kemenangan bagi kaum Muslimin di Palestina. Kemenangan ini diraih atas kesabaran, ketabahan, dan ketegaran dalam menghadapi setiap agresi militer zionis Israel.
"Ini menunjukan bahwa beratnya perjuangan kaum Muslimin di Jalur Gaza tanpa dilengkapi perlengkapan apalagi persenjataan memadai, mampu mengalahkan zionis Yahudi dan membebaskan Al Quds dari cengkraman Israel," kata Ustaz Jeje dalam orasinya di Aksi Persis Bela Al Aqsa secara virtual, Jumat (21/5).
Ustadz Jeje mengatakan, Persis sebagai organisasi persatuan Islam yang berdiri sejak 1923, menegaskan dukungan, pembelaan dan keberpihakan yang jelas terhadap bangsa Palestina. Pertama, dukungan terhadap Palestina adalah dukungan atas dasar akidah dan keimanan.
"Atas dasar akidah, kita meyakini Baitul Maqdis adalah kiblat pertama umat Islam. Maka tidak mungkin kita bisa memisahkan Baitul Maqdis dengan Masjidil Haram saat ini, karena itu adalah warisan sejarah dan warisan akidah umat Islam," ujarnya.
Dia mengatakan, kedua, pembelaan kaum Muslimin terhadap Palestina adalah tuntutan ideologi dan konstitusi bangsa Indonesia. Perjuangan membela Palestina bukan saja perjuangan atas dasar iman dan akidah, tetapi juga perjuangan yang dilandasi Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Yang ketiga, pembelaan kita terhadap Palestina bukan karena membela Hamas atau Fatah, tetapi karena kita membela kaum yang tertindas, terzalimi, bahkan walaupun harus membela secara fisik, Alquran memberikan legalitas agar kita membela kaum yang lemah dari laki-laki, wanita dan anak-anak," ujarnya.
Ustadz Jeje menyampaikan, wujud dari pembelaan ini juga dapat dilakukan dengan bantuan tenaga, seperti mengirimkan para medis dan relawan ke Palestina. Selain itu, pembelaan dalam bentuk dana. Bayangkan dalam kondisi perang seperti ini, 100 persen mereka adalah pengangguran. "Dan tak kalah pentingnya adalah dukungan doa sebagai senjata bagi kaum Muslimin," ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Ustadz Jeje menyayangkan di tengah penderitaan bangsa Palestina yang luar biasa beratnya, banyak narasi berseliweran di media sosial yang justru kontra produktif dengan perjuangan rakyat Palestina. Seperti menyebarnya fatwa yang tidak relevan. Di antaranya fatwa yang menyarankan agar bangsa Palestina hijrah karena tidak mampu melawan penjajahan sejak puluhan tahun lalu.
"Bayangkan di tengah penderitaan seperti ini, banyak merajalela fatwa-fatwa yang dapat menjatuhkan mentalitas umat Islam di Palestina, begitu pula berseliweran narasi yang memfitnah bahwa kelompok seperti Hamas adalah Syiah dan bentukan Zionis. Ini sungguh suatu yang tidak patut dan tidak pantas terjadi di saat situasi di Palestina mencapai titik yang paling menyedihkan," ujarnya.