Jumat 21 May 2021 19:14 WIB

Antisipasi Dampak Mudik, Zona Merah agar Berbenah

Masih ada 7 kabupaten/kota yang masih menghuni zona merah.

Jalur wisata di Jalan Tangkuban Parahu, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), lengang, Sabtu (8/5). Seluruh tempat wisata di KBB ditutup kembali terhitung mulai 7 hingga 14 Mei 2021. Penutupan objek wisata merupakan buntut kembalinya wilayah KBB ke zona merah atau resiko tinggi penyebaran Covid-19.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Jalur wisata di Jalan Tangkuban Parahu, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), lengang, Sabtu (8/5). Seluruh tempat wisata di KBB ditutup kembali terhitung mulai 7 hingga 14 Mei 2021. Penutupan objek wisata merupakan buntut kembalinya wilayah KBB ke zona merah atau resiko tinggi penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah kabupaten/kota yang masih berada dalam zona merah (risiko tinggi) diminta segera memperbaiki status zonasinya. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan karena setelah Lebaran, ada potensi lonjakan kasus yang disebabkan adanya momen libur panjang Idul Fitri 1442 H.

Terdapat kekhawatiran, dari perkembangan per 16 Mei 2021. Karena ada tujuh kabupaten/kota yang masih menghuni zona merah. Dan dikhawatirkan jika tidak segera berbenah, kabupaten/kota tersebut akan kewalahan menghadapi dampak dari libur panjang Lebaran. Diketahui, saat ini perkembangan penanganan Covid-19 belum menunjukkan dampak yang dikhawatirkan.

"Jika saat ini, tujuh kabupaten/kota ini sudah berada di zona merah sebelum dampak libur Idul Fitri terlihat, bukan tidak mungkin kabupaten/kota ini akan kewalahan menghadapi kemungkinan kenaikan kasus yang berpotensi dalam dua atau tiga minggu ke depan," katanya dalam keterangan pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (20/5) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Ada tujuh kabupaten/kota yang ada di zona merah yang menjadi perhatian, di antaranya Sleman (DIY), Salatiga (Jawa Tengah), Palembang (Sumatra Selatan), Pekanbaru (Riau), Solok dan Bukittinggi (Sumatra Barat), dan Deli Serdang (Sumatra Utara). Ketujuhnya diminta segera memperbaiki penanganan di daerahnya.

Selain yang kepada daerah zona merah, daerah yang menghuni zona oranye, zona kuning, dan zona hijau juga diingatkan. Agar terus meningkatkan penanganan Covid-19 dan utamanya dalam beberapa minggu ke depan. Sebagai antisipasi dampak libur Idul Fitri.

 "Kesiagaan menghadapi apa pun yang terjadi ke depannya merupakan kunci dalam merespons perubahan secara cepat. Sehingga kondisi apa pun dapat dikendalikan," kata Wiku menekankan.

Upayakan semaksimal mungkin peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan. Perketat kembali pengawasan terhadap kepatuhan protokol kesehatan serta memaksimalkan skrining dan testing, terutama pada warga yang baru pulang dari bepergian. Tidak lupa memantau dan mewajibkan masyarakat yang baru pulang bepergian, untuk karantina mandiri 5 x 24 jam untuk mencegah potensi penularan yang lebih luas.

 Di samping itu, melihat perkembangan peta zonasi risiko mingguan tingkat  kabupaten/kota per 16 Mei, daerah yang masuk zona merah berkurang  dari 12 menjadi tujuh kabupaten/kota. Zona oranye bekurang dari 324 menjadi 321 kabupaten/kota. Zona kuning (risiko rendah) baik dari 169 menjadi 177 kabupaten/kota, sementara zona hijau tidak ada kasus baru dan tidak terdampak, jumlahnya tetap, masing-masing sebanyak delapan kabupaten/kota.

Apresiasi diberikan kepada pemerintah daerah (pemda) karena minggu ini ada 37 kabupaten/kota yang keluar dari zona oranye. Kabupaten/kota itu tersebar di Aceh (2), Sumatra Utara (4), Jambi (3), Sumatra Selatan (2), Bengkulu (2), Lampung (2), DKI Jakarta (1), Jawa Timur (6), NTT (5), Kalimantan Barat (1), Kalimantan Utara (1), Sulawesi Barat (1), Maluku (2) Papua (4), dan Papua Barat (1).

 "Saya mengapresiasi pemerintah daerah karena data menunjukkan terjadi penurunan di zona risiko tinggi dan zona risiko sedang. Adapun dari minggu ke minggu, angka zona risiko sedang cenderung mengalami kenaikan," katanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement