Sabtu 22 May 2021 07:17 WIB

Kesaksian Dokter di Gaza: Gas Israel Bunuh Janin Ibu Hamil

Setiap hari ada 20-30 pasien ibu hamil yang alami pendarahan hingga keguguran.

Red: A.Syalaby Ichsan
RS Kamal Adwan, tempat dr Mueen al-Shurafa bertugas.
Foto: Ist
RS Kamal Adwan, tempat dr Mueen al-Shurafa bertugas.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Salah satu dokter yang bertugas di Beit Lahiya, Jalur Gaza, Palestina, dr Mueen al-Shurafa SpAn, menjelaskan, banyak ibu hamil yang menjadi korban keganasan bom-bom Israel. Gas yang dikeluarkan dari bom tersebut berdampak pada janin di dalam kandungan para pasien. Mereka mengalami pendarahan hingga keguguran. Tim dokter pun harus melakukan aborsi untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.

“Setiap hari 20-30 pasien karena Israel pakai gas dan kandungannya bahaya dan itu keluar (pendarahan),”ujar dr Mueen di kediamannya di Sentral Gaza, Palestina saat berbincang dengan Republika.co.id lewat sambungan telepon dari Jakarta, Jumat (21/5) malam. Israel diketahui menggunakan bom fosfor dalam beberapa kali serangan ke Gaza pada 2004, 2009, dan 2012. Meski demikian,  belum bisa dipastikan bom gas yang menyerang Gaza pada perang pada 2021 ini. 

Menurut dr Mueen, pasien-pasien tersebut harus datang ke rumah sakit untuk menghentikan pendarahannya. Usia kehamilan pasien bervariasi. Ada ibu yang baru hamil dengan usia kehamilan sekitar 12-20 pekan. Ada juga ibu yang usia kehamilannya sudah mencapai 24 pekan. “Banyak kasus seperti itu,” ujar dia. 

Banyaknya pasien pun harus membuat dokter di RS Kamal Adwan, Beit Lahiya — tempat dr Mueen bekerja — mesti bekerja ekstrameras. Mueen bahkan mengaku harus menginap di rumah sakit yang terletak tidak jauh dari perbatasan Gaza-Israel tersebut.  “Sehari bisa 24 sampai dengan 30 jam. Kita harus menginap, kemudian besok malamnya baru pulang lagi. Kembali lagi paginya,” kata dokter yang fasih berbahasa Indonesia itu.