Ahad 23 May 2021 00:10 WIB

Serukan Jihad Lawan Israel, Imam di Inggris Dituduh Rasis

Media pro Yahudi menuduh imam di Inggris anti-Semit dan rasis

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Media pro Yahudi menuduh imam di Inggris anti-Semit dan rasis. Zionisme (ilustrasi).
Foto: Panoramio.com
Media pro Yahudi menuduh imam di Inggris anti-Semit dan rasis. Zionisme (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM – Syekh Asrar Rashid membantah tuduhan rasisme setelah sebuah surat kabar pro-Israel menuduhnya membuat komentar anti-Semit pada platform 5Pillars selama Ramadhan. 

The Jewish Chronicle melaporkan bahwa imam yang berbasis di Birmingham itu meminta negara-negara Muslim untuk melakukan jihad di Israel. 

Baca Juga

Diskusi pada 10 Mei tentang serangan Israel terhadap Palestina mencakup peran dan tanggung jawab negara-negara mayoritas Muslim. 

Menurut Syekh Asrar dilansir di 5Pillars, Sabtu (22/5), konteks untuk semua komentarnya adalah konteks militer yang berkaitan dengan strategi militer yang digunakan entitas Zionis Israel.   

"Secara khusus, saya memenuhi syarat penggunaan kata 'Yahudi' dengan menunjukkan bahwa kata itu digunakan dalam konteks pasukan pendudukan dan pemukim yang kebetulan adalah orang Yahudi dan menggambarkan diri mereka seperti itu." ujar Syekh Asrar. 

Oleh karena itu, menurutnya istilah "Yahudi" digunakan dengan kesia-siaan yang sama seperti media arus utama yang secara teratur menggunakan deskriptor 'Muslim', 'Arab' atau 'Palestina' bagi mereka yang melakukan tindakan kekerasan politik untuk menunjukkan anggota dari masing-masing kelompok tersebut. 

Konteks ini juga mencerminkan pernyataannya bahwa 'Yahudi dikenal sebagai bangsa pengecut', berkaitan dengan Negara Israel dan tindakannya terhadap Palestina di mana wanita dan anak-anak dibunuh tanpa pandang bulu.   

"Pernyataan saya dibuat dengan konteks yang sama dengan Tal Niv, editor Majalah Haaretz Edisi Bahasa Inggris, yang pada  2014 menyatakan bahwa 'semua orang Israel adalah pengecut' karena acuh tak acuh terhadap norma tindakan pembunuhan," jelasnya. 

Dia menambahkan, penting untuk dicatat bahwa makalah Zionis gagal menyoroti pernyataannya bahwa kita sebagai Muslim menurut definisi tidak akan pernah bisa rasis terhadap orang Yahudi karena Nabi Muhammad (SAW) memiliki seorang istri Yahudi.

Muslim juga diizinkan untuk menikah dengan orang Yahudi, makan daging mereka yang disembelih, dan Muslim sangat menghormati para Nabi Bani Israel seperti yang disebutkan dalam Taurat.  Supremasi berdasarkan garis keturunan tidak diperbolehkan dalam Islam. 

"Saya berpendapat bahwa seruan untuk Jihad, perang yang adil, dalam bentuk intervensi militer oleh negara-negara mayoritas Muslim untuk mencegah bencana kemanusiaan yang terjadi di Palestina, adalah satu-satunya solusi," katanya. 

Negara Zionis telah berulang kali dan secara mencolok melanggar resolusi PBB dan mengambil semua langkah menuju penghapusan solusi damai.  Barat terlibat dalam 'intervensi kemanusiaan' untuk menyebarkan demokrasi di Timur Tengah atas nama perdamaian dan keamanan.  

Menurutnya, sulit untuk memahami mengapa ada orang yang memiliki keprihatinan moral tentang intervensi militer oleh negara-negara mayoritas Muslim melawan negara bersenjata nuklir yang berperang, yang telah melakukan, dan terus melakukan, pembunuhan dan pelanggaran yang tidak pandang bulu dan tidak proporsional terhadap rakyat Palestina dan situs suci yang menjadi pusat umat Islam. 

"The Jewish Chronicle, sebuah surat kabar Zionis yang pro-Israel, dengan gaya tabloid yang khas telah memutarbalikkan pernyataan saya melalui dekontekstualisasi. Orang tidak boleh disesatkan dengan apa yang mereka laporkan," katanya. 

Sumber: 5pillars 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement