REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa varian baru Covid-19 telah memasuki Indonesia seperti B117, B1617 hingga B 1351. Dosen Biologi Molekuler FK Unika Semarang, Jawa Tengah, Sugeng Ibrahim menilai, munculnya varian baru virus ini bukanlah sesuatu yang luar biasa.
"Ini adalah mutasi yang memang aksi alam. Mutasi ini alami jadi competition of the fittest atau seleksi alam," katanya dalam sebuah diskusi bertema Varian Baru Covid-19, Sabtu (22/5).
Menururnya, fenomena mutasi virus yang terjadi pada Covid-19 sama dengan yang terjadi 100 tahun yang lalu saat momen Flu Spanyol. Saat itu, dia mengakui, juga terjadi mutasi yang membuat terjadinya seleksi alam.
Dia mengatakan, untuk menangani Covid-19 beserta mutasi virus yaitu dengan tiga cara yaitu protokol kesehatan 3M, 3T, dan vaksin. Dia mengibaratkan penerapan tiga upaya ini seperti saat memasuki jenjang sekolah menengah hingga lulus bangku kuliah sarjana.
Saat kelas 1 di bangku sekolah menengah pertama (SMP) memakai masker, naik ke kelas 2 melakukan menjaga jarak, dan saat kelas 3 SMP mencuci tangan pakai sabun. Kemudian, ketika di bangku sekolah menengah atas (SMA) kelas 1 melakukan testing, kemudian kelas 2 tracing, dan kelas 3 treatment.
Sementara saat di bangku kuliah divaksin dengan merek yang tersedia seperti Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Novavax, dan lainnya. Kemudian jika 80 persen telah divaksin, dia melanjutkan, maka mencapai kekebalan kelompok (herd immunity). "Akhirnya lulus menjadi sarjana dan keluar dari pandemi ini," ujarnya.