REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA--Mediator Mesir berusaha untuk memperkuat gencatan senjata sehari-hari antara Israel dan Hamas pada Sabtu(22/5). Pejabat bantuan meminta periode tenang untuk mulai menangani krisis kemanusiaan di Jalur Gaza setelah 11 hari serangan.
Gencatan senjata yang dimulai sebelum fajar pada Jumat (21/5) masih berlangsung pada Sabtu malam. Kondisi ini memungkinkan para pejabat untuk mulai menilai skala kerusakan.
Setelah menengahi gencatan senjata dengan dukungan Amerika Serikat (AS) , Mesir mengirim delegasi ke Israel pada Jumat untuk membahas cara-cara untuk meningkatkan gencatan senjata. Menurut pejabat Hamas, poin yang dibicarakan termasuk dengan bantuan untuk Palestina di Gaza.
Para delegasi sejak itu bolak-balik antara Israel dan Gaza. Pada Sabtu, Mesir bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di kota Ramallah Tepi Barat yang diduduki. Mahmoud hanya memiliki sedikit pengaruh di Gaza yang diperintah oleh Hamas.
Israel mengatakan serangan udaranya adalah tanggapan terhadap tembakan roket Hamas ke kota-kota Israel pada 10 Mei. Padahal sebelumnya polisi Israel melakukan penggerebekan Israel di Yerusalem Timur dan bentrokan dengan warga Palestina selama bulan suci Ramadhan.
"Jika kami keluar dari operasi ini dengan masa damai dan tenang yang diperpanjang, itu baik untuk warga sipil Israel dan itu juga baik untuk warga Palestina di Gaza," kata penasihat senior Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Mark Regev.
Menteri Luar Negeri Israel, Gabi Ashkenazi, mengatakan akan segera bertemu dengan mitranya dari Mesir, Sameh Shoukry, setelah mereka berbicara pada Jumat. “Saya menekankan kepadanya bahwa setiap pengaturan di masa depan harus mencakup jaminan mengenai masalah keamanan dan prinsip-prinsip kebijakan,” katanya sambil menekankan bahwa ini termasuk menghentikan persenjataan Hamas.
Sebuah sumber yang akrab dengan perencanaan itu mengatakan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat pada Rabu dan Kamis (26-27/5). Kedatangannya berharap untuk melanjutkan gencatan senjata.Presiden AS Joe Biden mengatakan sebelumnya bahwa AS akan bekerja dengan PBB dalam membawa bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi ke Gaza. Dia menjanjikan pengamanan terhadap dana yang digunakan untuk mempersenjatai Hamas yang oleh Barat dianggap sebagai kelompok teroris.
Dewan Keamanan PBB pada Sabtu menyerukan kepatuhan penuh terhadap gencatan senjata. Badan ini menekankan kebutuhan segera akan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Palestina
Ada konfrontasi antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina di Masjid Al-Aqsa Yerusalem pada Jumat. Namun, tdak ada laporan peluncuran roket Hamas dari Gaza atau serangan udara Israel di daerah kantong Palestina semalam atau pada Sabtu.
Berusaha untuk membangun gencatan senjata, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, pada Sabtu mendesak Israel dan Palestina untuk kembali ke negosiasi yang berarti menuju solusi dua negara. Solusi ini telah menemui jalan buntu selama bertahun-tahun.
"Uni Eropa tidak dapat diharapkan untuk membiayai lagi pembangunan kembali Gaza tanpa prospek yang berarti untuk benar-benar menyelesaikan konflik yang mendasarinya," tulis Borrell dalam sebuah posting blog.
Roket yang ditembakkan oleh Hamas dan kelompok militan Islam lainnya melumpuhkan kota-kota di Israel selatan dan membuat kepanikan selama beberapa hari. Sedangkan pemboman Israel di Jalur Gaza begitu menghancurkan. Pejabat Palestina menempatkan biaya rekonstruksi puluhan juta dolar di Gaza.
Seorang pejabat senior PBB yang mengunjungi daerah kantong pantai yang padat penduduk pada Sabtu memperingatkan peningkatan risiko kesehatan dan keputusasaan yang meluas. Hal ini melihat rumah, jalan, dan infrastruktur penting lainnya termasuk rumah sakit rusak atau hancur.
"Semua orang hanya perlu mundur dan tidak terlibat dalam gerakan provokatif," kata Koordinator Kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina, Lynn Hastings, di daerah puing-puing Kota Gaza saat berbicara dengan para korban.
Setelah turnya di Gaza, Hastings menyuarakan keyakinan bahwa mekanisme bantuan yang ada di Gaza akan bantuan akan tepat sasaran. "Memastikan bahwa bantuan tidak jatuh ke tangan yang tidak dimaksudkan untuk diarahkan," katanya.
Gaza telah bertahun-tahun menjadi sasaran blokade Israel yang membatasi perjalanan orang dan barang, serta pembatasan oleh Mesir. Kedua negara menyebutkan kekhawatiran tentang senjata yang sampai ke Hamas. Warga Palestina mengatakan pembatasan itu sama dengan hukuman kolektif terhadap dua juta penduduk Gaza.
Hastings menyatakan kekhawatir dengan orang-orang yang berdesakan di akomodasi yang penuh sesak lebih dari sebelumnya setelah kehancuran banyak bangunan tempat tinggal. "Selama Covid cukup parah di sini, ada lonjakan besar kasus tepat sebelum eskalasi. Sekarang orang-orang berlindung bersama," katanya.