REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menilai, Indonesia bisa mengambil peran lebih besar dalam membantu mengatasi konflik yang terjadi di Palestina. Saat ini, peran Indonesia dalam menyelesaikan persoalan Palestina masih bersifat normatif.
Menurut dia, ada dua langkah lebih efektif yang harus dilakukan pemerintah dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Yaitu, memidiasi kelompok-kelompok pejuang di Palestina dan meningkatkan peran signifiikan bagi umat Islam.
"Bersama Turki, Indonesia bisa memediasi dan memfaslitasi kelompok-kelompok pejuang Palestina, Hamas dan Fatah untuk bersatu. Peran mediasi malah dilakukan Rusia, Rusia aktif memediasi karena memiliki aliansi dengan Iran yang mendukung kelompok perlawanan di Palestina," kata Anis Matta dalam keterangannya di Jakarta, Ahad (23/5).
Dia menilai, dalam penyelesaian persoalan Palestina yang berperan aktif seharusnya Turki dan Indonesia, bukan Rusia dan Iran. Hal itu, menurut dia, karena Turki adalah pemimpin kawasan, sedangkan Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesar dunia dan model Islam moderat.
"Jadi Turki sebagai pemimpin kawasan di sana, Indonesia bisa berperan sangat signifikan bagi dunia islam untuk melakukan negosiasi multilateral mendukung kemerdekaan bangsa Palestina dan misi menjaga perdamaian di Yerusalem," ujarnya.
Dia berharap, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa berkomunikasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memulai memobilisasi diplomasi global dalam menyelesaikan persoalan dan mendukung kemerdekaan Palestina. Menurut dia, negara-negara Eropa dan Amerika saat ini perlu dibantu apalagi di tengah krisis global saat ini, mereka tidak tahu apa yang dilakukan dalam menyelesaikan persoalan Palestina.
"Indonesia bisa membuka pembicaraan dengan Turki untuk melakukan diplomasi internasional," ujarnya.
Sebelumnya, Menlu Retno LP Marsudi dalam Sidang Pleno ke-67 Sidang Majelis Umum PBB pada Jumat (21/5), mengemukakan, sejumlah langkah untuk mencapai solusi dari ketegangan Israel dan Palestina. Dalam Sidang Pleno yang berlangsung di Markas PBB, New York, Amerika Serikat itu, Menlu Retno menegaskan, bahwa kehadirannya ke Markas Besar PBB adalah demi kemanusiaan, demi keadilan masyarakat Palestina.
Menlu menyampaikan, Indonesia meminta Majelis Umum PBB menghentikan kekerasan, membentuk tim internasional di Yerusalem. Indonesia menekankan upaya negosiasi untuk mengakhiri pendudukan Israel di Palestina harus segera dilakukan, setelah gencatan senjata antara Israel dengan Hamas. Indonesia juga meminta PBB memastikan akses bantuan kemanusiaan ke Palestina, serta mendorong dimulainya negosiasi multilateral yang kredibel.