REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Konflik yang terjadi di Afghanistan telah membuat lebih dari 8.000 keluarga telah mengungsi di setidaknya lima provinsi karena pertempuran yang meningkat antara pasukan keamanan negara itu dan Taliban.
Dilansir Ani News, di tengah rencana penarikan pasukan Amerika Serikat (AS), banyak keluarga di Afghanistan yang harus menghadapi kekurangan tempat tinggal, akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan fasilitas lain untuk kehidupan normal mereka. Lonjakan insiden kekerasan dalam beberapa pekan terakhir juga terjadi. Kondisi itu menyebabkan korban jiwa baik dari anggota pasukan keamanan maupun warga sipil.
Penarikan pasukan AS sedang berlangsung dan dijadwalkan selesai pada 11 September mendatang. Menurut laporan, bentrokan hebat masih terus berlanjut di lima provinsi Afghanistan yakni Baghlan, Helmand, Kunduz, Kandahar, dan Laghman setelah berlangsung selama beberapa pekan terakhir.
“Sebanyak 8.500 keluarga telah mengungsi. Dari jumlah tersebut, 3.500 keluarga telah mengungsi karena kekerasan baru," ujar Sharifullah Shafiq, kepala direktorat pengungsi dan repatriasi di Provinsi Baghlan.
Pemerintah Afghanistan telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan keluarga pengungsi. Menurut juru bicara Kementerian Pengungsi dan Pemulangan, Sayed Abdul Basit Haidari, pihaknya bekerja sama dengan LSM asing untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sebelumnya, Departemen Pertahanan AS mengatakan pascapenarikan pasukan di Afghanistan, ada sejumlah kemungkinan yang muncul. Termasuk di antaranya adalah pengambilalihan negara oleh Taliban atau justru kekalahan kelompok itu oleh tentara nasional.
“Saya akan mengakui berbagai hasil potensial dalam beberapa bulan ke depan. Saya akan mengatakan ANDSF (pasukan keamanan Afghanistan) adalah kekuatan yang mampu,” jelas Matthew Trollinger, wakil direktur urusan politik-militer AS untuk Timur Tengah.
Trollinger mengatakan ANDSF memiliki pasukan operasi darat, udara, dan operasi khusus yang mampu. Beberapa waktu terakhir, mereka juga disebut secara efektif bertahan melawan serangan Taliban dan menganggu aktivitas kelompok ini.