Ahad 23 May 2021 18:57 WIB

Terkendala Air, 3.000 Hektare Sawah Belum Bisa Tanam

3.000 dari 5.900 hektare sawah di Kandanghaur, Indramayu, belum mulai masa tanam.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ratna Puspita
Kurang lebih 3.000 hektare dari 5.900 hektare sawah di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, belum bisa memulai masa tanam pada musim tanam gadu atau musim tanam April-September 2021. (Ilustrasi sawah)
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Kurang lebih 3.000 hektare dari 5.900 hektare sawah di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, belum bisa memulai masa tanam pada musim tanam gadu atau musim tanam April-September 2021. (Ilustrasi sawah)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kurang lebih 3.000 hektare dari 5.900 hektare sawah di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, belum bisa memulai masa tanam pada musim tanam gadu atau musim tanam April-September 2021. Hal itu akibat minimnya pasokan air irigasi dan musim hujan sudah berakhir. 

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, mengatakan, kondisi tersebut seperti yang terjadi di Kecamatan Kandanghaur. “Lahan seluas 3.000 hektare itu tidak terkena banjir saat musim hujan kemarin. Mereka sudah duluan panen rendeng, tapi sulit untuk memulai musim tanam gadu karena terkendala air,” kata Waryono kepada Republika, Ahad (23/5).

Baca Juga

Waryono menyebutkan, lahan yang belum bisa memulai masa tanam itu di antaranya terletak di Desa Karangmulya, Wirakanan, Wirapanjunan, Karanganyar, Pranti dan Curug. Meski sebagian sudah ada yang memulai persemaian, persemaian itu hingga kini belum bisa ditanam karena ketiadaan air.

“Persemaiannya juga sudah mulai kering, kekuningan karena kurang air,” kata Waryono.

Sementara itu, sekitar 2.900 hektare lainnya sawah di Kecamatan Kandanghaur hingga kini bahkan belum panen rendeng atau panen tanaman pada musim tanam penghujan. Sebab, lahan tersebut sebelumnya mengalami puso (gagal panen) akibat banjir pada awal 2021 sehingga harus dilakukan tanam ulang.

Waryono mengatakan, akibat tanam ulang itu, masa panen rendeng mereka jadi mundur. Saat ini, umur tanaman padi yang belum panen tersebut rata-rata 80 – 90 hari.

Waryono mengungkapkan, dari informasi yang diterimanya, minimnya pasokan air irigasi itu disebabkan adanya kegiatan perbaikan saluran. Bahkan, petani diimbau untuk menunda musim tanamnya hingga Juni.

Selain di Kecamatan Kandanghaur, kesulitan pasokan air juga dirasakan para petani di Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi. Untuk memperoleh air, para petani harus menyedotnya menggunakan mesin pompa air.

“Air di saluran sih ada, tapi sedikit sehingga tidak bisa naik ke sawah. Harus disedot pakai pompa,” kata seorang petani di Desa Plosokerep, Rusdani.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement