Ahad 23 May 2021 19:23 WIB

DPP PPP Optimistis Poros Islam Bakal Terbentuk 

Sementara Mardani menilai Indonesia tidak bisa dilepaskan dari nasionalis dan agamis.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi Politik
Foto: MgIT03
Ilustrasi Politik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dony Ahmad Munir merespons hasil survei Puspoll Indonesia yang menyebut bahwa tingkat pengetahuan publik terhadap wacana poros Islam masih rendah. Dony tetap optimistis poros Islam akan terbentuk.

"Dari 14 persen (responden yang tahu ada wacana poros Islam) ini ditanya oleh pak Muslimin (Direktur Eksekutif Puspoll Indonesia), yakin nggak akan terbentuk? ternyata yang yakin 46 persen, yang tidak yakin 43, jadi tipis bedanya tapi masih unggul walaupun beda 3 persen tapi umat masih yakin bisa terbangun partai Islam," kata Dony dalam diskusi hasil survei Puspoll Indonesia secara daring, Ahad (23/5).

Baca Juga

Ia menyadari hal tersebut menjadi tantangan partai-partai Islam untuk terus berkomunikasi dan berkoordinasi agar poros Islam benar-benar terwujud. Terlebih, hanya 14,8 persen yang mengetahui ihwal wacana poros Islam dari 1.600 responden yang disurvei.

"PR berat nih, kerjasama kita ini tantangannya ketika rakyat tahu gak sih ada poros partai islam, ternyata hanya 14 persen ini," ucapnya. 

Donny mengungkapkan ada harapan umat Islam agar partai Islam bersatu. Karena itu, PPP mencoba mengikhtiarkan wacana tersebut salah satunya dengan menyambangi markas PKS pada awal Ramadhan lalu.

"Akan kita upayakan, harapan umat kita perjuangan dan terus bekerja keras untuk memenuhinya," ujarnya. 

Sementara itu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan angka 14 persen tersebut menunjukan hasil yang positif. Ia yakin angka itu akan bertambah jika ada tindak lanjut dari keduanya.

"Bahwa 14 persen sudah bagus karena sebenarnya itu tidak ada tindak lanjut. Kalau kita terus jalan berdua saya yakin hasilnya lain," ucapnya. 

Kendati demikian, Mardani menilai Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dua kelompok besar, yaitu nasionalis dan agamis. PKS dalam kajiannya menilai calon yang paling baik untuk dimajukan dalam pilpres 2024 ke depan adalah figur gabungan antara kelompok nasionalis dan agamis. 

"Bisa presidennya dari Islamis wakilnya nasionalis atau nasionalis islamis. Sehingga itu akan menyatukan banyak potensi dan peluang," ucapnya. 

Sebelumnya, Puspoll Indonesia dalam surveinya menyoroti soal wacana poros Islam. Direktur Eksekutif Puspoll Indonesia Muslimin Tanja mengatakan pemahaman publik terhadap wacana poros Islam masih rendah. 

"Wacana ini sudah bergulir tetapi satu bulan yang lalu saat survei kami lakukan baru hanya sekitar 14,8 persen mengatakan, masyarakat atau responden mengatakan ya pernah mendengar koalisi itu atau wacana koalisi poros Islam," kata Muslimin, dalam pemaparan hasil surveinya, Ahad (23/5).

Muslimin menjelaskan, dari 14,8 responden yang mengetahui wacana tersebut, sekitar 46 persen diantaranya mengatakan yakin poros Islam bisa terwujud. Kemudian 43 persen lainnya mengatakan tidak yakin. Sebanyak 11 persen mengatakan tidak menjawab. 

"Paling tidak ini menggambarkan bahwa publik pun kurang yakin kalau (poros Islam) ini bisa terwujud, ini adalah tantangan tersendiri bagi partai poros Islam dimana perspektif publik belum terlalu yakin, baru 50:50 yang mengatakan bisa terwujud atau tidak," ujarnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement