Ahad 23 May 2021 21:34 WIB

Gencatan Senjata, Adara: Jangan Lupakan Krisis Palestina

Adara memastikan donasi yang mengalir deras tersalurkan ke Palestina

Sri Vira Chandra
Foto: dok Adara Relief International
Sri Vira Chandra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gencatan senjata antara Palestina dengan Israel setelah sebelas hari perang dinilai bukan berarti melupakan dampak krisis kemanusiaan. Ratusan nyawa yang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dan hancurnya rumah dan bangunan di Gaza sejak 10 Mei lalu membuat banyak pekerjaan rumah bagi para pegiat kemanusiaan. 

“Gencatan senjata bukan berarti melupakan dampak panjang krisis kemanusiaan. Hancurnya infrastruktur serta anak-anak, perempuan-perempuan lemah dan kalangan lansia yang turut menjadi korban, amat mengusik rasa kemanusiaan. Selain itu, dalam rancangan kesepakatan gencatan senjata pihak Palestina mensyaratkan tidak ada lagi penyerangan ke Masjid Al Aqsa dan pengusiran warga Syekh Jarrah, itu artinya kekerasan zionis terjadi secara menyeluruh terhadap warga Palestina,” tegas Sri Vira Chandra, Ketua Adara Relief Internasional (Adara) menjawab pertanyaan para pemerhati Palestina.

Gejolak dan agresi keempat kalinya oleh Zionis Israel yang meluluhlantahkan Gaza setelah himpitan blokade 14 tahun tak hanya dirasakan warga Jalur Gaza dan wilayah Palestina lainnya, tetapi menjalar ke seantero dunia termasuk Indonesia. Sebagai negara muslim terbesar di dunia, rasa sakit yang dialami bangsa Palestina amat dapat dirasakan beratnya. Semua pihak merasa terpanggil memberikan bantuan dan turut berdonasi terlebih di tengah momen puncak Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1442 H. 

Sebagai salah satu lembaga kemanusiaan yang menjadi representasi dari lembaga kemanusiaan yang dikelola perempuan, Adara juga dipercaya menyalurkan bantuan dan bentuk kepedulian masyarakat Indonesia. Adara memastikan donasi yang mengalir deras tersebut tersalurkan sesegera mungkin dan sampai tepat ke penerima manfaat. Sebagaimana sebelumnya Adara telah secara kontinyu menyalurkan donasi Sahabat Adara ke semua wilayah Palestina yang terjajah, yaitu kota Al Quds, Tepi Barat, wilayah 48, Gaza, dan kamp-kamp pengungsian yang tersebar di beberapa wilayah sekitar Palestina. 

Selama meningkatnya gejolak di Al Quds dan Jalur Gaza, Adara telah mengirimkan bantuan dalam beberapa tahap. Sejak awal Ramadhan hingga pekan pertama bulan Syawal ini, Adara telah menyalurkan bantuan bagi 764 orang korban luka, di antaranya 100 anak-anak, trauma healing bagi 100 anak, bantuan biaya tindakan operasi bagi 10 korban luka, bantuan kaki palsu untuk 4 orang, bantuan perawatan dan obat-obatan untuk 225 pasien,  bantuan kursi roda dan kruk serta biaya pengobatan dan operasi untuk sebanyak 71 orang, serta bantuan 100 alat kesehatan untuk rumah sakit.

Selain itu, bantuan berupa makanan berbuka puasa untuk jama'ah itikaf di Masjid Al Aqsa dan wilayah Palestina lainnya disalurkan sebanyak 4.999 paket berbuka, 1.599 paket hadiah Hari Raya untuk anak Palestina, dan bantuan pemakmuran Masjid Al Aqsa bagi 400 jamaah.

Penyaluran bantuan juga diberikan kepada warga Palestina di sekitar Al Aqsa sebanyak 10 keluarga. Bantuan sembako untuk Al Quds dan keluarga korban agresi di Gaza dan wilayah Palestina diberikan kepada 965 keluarga, bantuan keberlangsungan pelaksanaan kelas Al-Qur'an bagi anak-anak dan penyandang tuli sebanyak 10 kelas, dan bantuan bagi anak-anak yatim dan program anak asuh Palestina sebanyak 557 anak yatim.

Bantuan berupa pelatihan pemberdayaan ekonomi diberikan untuk 1 kelompok pelatihan, sementara bantuan ekonomi darurat diberikan untuk 251 keluarga. Penyaluran bantuan bagi keluarga korban serangan di Al Quds dan korban agresi di Gaza telah diberikan kepada 1.514 keluarga dan bantuan bagi kasus penangkapan juga diberikan untuk 100 kasus. Serta renovasi rumah yang hancur akibat agresi dan penjajahan sebanyak total 31 rumah.

Saat ini masyarakat Indonesia mulai memahami bahwa persoalan di Palestina bukan hanya sebatas perkara kemiskinan. Membantu Palestina tidak sama dengan membantu wilayah yang terkena bencana alam. Tidak hanya sekedar membantu anak yatim, meskipun jumlah anak yatim di Palestina terus meningkat akibat pejajahan. Akan tetapi, membantu Palestina adalah bagian dari upaya untuk mendorong tetap tegaknya sebuah bangsa dan menghapuskan penjajahan serta menghentikan ketidakadilan dan kekerasan atas sebuah bangsa.

Hingga kini, setidaknya 230 orang warga Palestina menjadi syuhada, 45% di antaranya adalah anak dan perempuan dan lebih dari 1.600 lainnya terluka.  Kerugian ekonomi mencapai lebih dari 243,8 juta USD.     Sedikitnya 72.000 orang terpaksa mengungsi ke 58 sekolah UNRWA yang ada di seluruh wilayah Gaza seperti dilansir Al Jazeera. Selain itu, pemerintah Zionis menolak masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui perlintasan perbatasan Kerem Shalom.

Terdapat enam bangunan tinggi yang semuanya merupakan landmark kota Gaza yang ikonik, luluh lantah akibat rudal. Lebih dari 184 properti perumahan dan komersial yang dihancurkan, termasuk gedung yang menampung 33 institusi media seperti yang dinformasikan kementerian pemerintah Gaza.

“Bekerja sama dengan 23 lembaga kemanusiaan internasional mitra penyaluran, Adara bersama semua Sahabat Adara berupaya menjadi bagian dari penuntasan krisis kemanusiaan. Adara terus berkomitmen untuk menyalurkan donasi secara cepat, tepat sasaran, dan amanah,” jelas Sri Vira Chandra.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement