Ahad 23 May 2021 21:42 WIB

Militer Myanmar dan Kelompok Etnis Terlibat Baku Tembak

Baku tembak terjadi di kota Muse yang merupakan titik penyeberangan utama ke China

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi. Warga Myanmar unjuk rasa menolak junta militer
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi. Warga Myanmar unjuk rasa menolak junta militer

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Baku tembak meletus pada Ahad (23/5) antara pasukan keamanan Myanmar dan aliansi kelompok etnis bersenjata yang menentang kudeta militer. Media Myanmar melaporkan, baku tembak terjadi di kota Muse yang merupakan salah satu titik penyeberangan utama ke China.

Penyiar DVB dan Khit Thit Media melaporkan baku tembak di Muse terjadi pada saat fajar. Khit Thit Media menerbitkan foto-foto kendaraan sipil yang berlubang karena tembakan peluru. Sejauh ini belum ada laporan tentang korban jiwa.

Baca Juga

Hingga berita ini diturunkan juru bicara junta maupun juru bicara empat kelompok etnis bersenjata yang membentuk Aliansi Utara tidak dapat dihubungi. Salah satu kelompok dalam aliansi itu, Tentara Kemerdekaan Kachin, menyerang sebuah pos militer di barat laut Myanmar, hampir 320 kilometer dari Muse dan lebih dekat ke perbatasan India di sisi lain negara itu pada Sabtu (22/5).

Sejak melakukan kudeta pada 1 Februari, junta militer menghadapi perlawanan dari kelompok etnis. Selain itu, aksi protes dan pemogokan terjadi hampir setiap hari di sejumlah kota di Myanmar. Aksi mogok ini telah melumpuhkan rumah sakit, sekolah, dan bisnis.

Lebih dari 125 ribu guru telah diskors karena bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil untuk menentang kudeta. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, setidaknya 815 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta.

Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan hampir 4.300 orang yang telah ditangkap sejak kudeta, termasuk pemimpin sipil terpilih Aung San Suu Kyi. Pemimpin militer Min Aung Hlaing mengatakan Suu Kyi dalam keadaan sehat dan akan hadir di sidang berikutnya pada Senin (24/5) mendatang. Suu Kyi menghadapi banyak dakwaan di antaranya kepemilikan radio walkie-talkie secara ilegal hingga melanggar undang-undang rahasia negara.

Militer merebut kekuasaan sipil dengan alasan ada dugaan kecurangan dalam pemilihan umum yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi pada November lalu. Tuduhan itu telah dibantah oleh komisi pemilihan umum Myanmar.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement