REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Sue Choi dan suaminya memiliki beberapa restoran Korea di New York. Ia ingin merekrut staf dapur, pelayan, dan penyambut tamu untuk restoran terbarunya Rib No.7. Namun belum ada yang menghubunginya sejauh ini.
"Saya tidak menerima satu telepon pun, bahkan sampai satu pekan," katanya pada ABC News.
Choi mengatakan menaikkan gaji tidak membantu. Sebelum pandemi ia menawarkan 20 dolar AS per jam untuk penyambut tamu berpengalaman. Lalu ia akan menerima ratusan lamaran.
Ia mengatakan masih belum ada yang melamar setelah dua pekan mengiklankan lamaran kerja untuk penyambut tamu dengan gaji 30 dolar AS per jam. "Cukup menakutkan sekarang," kata Choi.
Choi tidak sendirian. Setelah peraturan pembatasan sosial Covid-19 dilonggarkan banyak restoran yang melaporkan kekurangan pegawai. Akibatnya beberapa restoran gagal buka kembali, mengurangi jam operasi, atau mencoba menarik calon karyawan dengan menaikkan gaji dan menjanjikan bonus.
Pakar menilai hal ini disebabkan naiknya tunjangan pengangguran selama pandemi. Langkah tersebut dianggap membuat orang enggan mencari kerja. Beberapa gubernur sudah mengumumkan akan memotong tunjangan pengangguran sebesar 300 dolar AS per pekan.
"Tidak ada satu masalah yang membuat merekrut karyawan di industri restoran menjadi sangat sulit, tapi kekuatan kolektif dari berbagai tekanan," kata direktur eksekutif asosiasi industri jasa pelayanan NYC Hospitality Alliance, Andrew Rigie.
Salah satunya, kata Rigie, karena restoran-restoran dan bar-bar merekrut karyawan di saat bersamaan. Sementara kebutuhan karyawan yang dibutuhkan industri juga naik.
Situs lowongan kerja untuk bidang jasa Culinary Agents mengatakan sejak awal tahun unggahan lowongan kerja naik 'signifikan dan konsisten'. Situs itu mengatakan jumlah lowongan kerja yang diunggah dari Januari ke Maret di seluruh negeri naik 10 kali lipat.
Posisi yang paling banyak kosong adalah posisi yang menghadapi konsumen secara langsung seperti pelayan, bartender, dan penyambut tamu. Sebagian besar karena pemerintah menaikkan kapasitas restoran dalam menerima tamu.
Para pakar mengatakan restoran-restoran di Amerika Serikat (AS) bersaing untuk mendapatkan karyawan terampil yang sedikit. Sebab selama pandemi banyak orang yang pindah, kembali sekolah, atau bekerja di industri yang lain.
"Saat kami mulai menutup restoran dan mengurangi karyawan, sayangnya kami kehilangan mereka ke industri lain, terutama industri ritel dan grosir dan pengiriman, seperti Uber," kata direktur eksekutif asosiasi restoran, Greater Houston Restaurant Association, Melissa Stewart.