REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) membentuk konsorsium dengan anak perusahaan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), yaitu Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ) dan APG Asset Management (APG). Adapun kerja sama ini untuk membangun platform investasi pertama yang berfokus pada infrastruktur di Indonesia.
Direktur Utama INA Ridha Wirakusumah mengatakan melalui kerja sama ini INA berencana menjajaki peluang investasi bersama dalam aset jalan tol di Indonesia. Hal ini menunjukkan keyakinan yang dimiliki investor global terhadap potensi ekonomi Indonesia.
"Bahkan dalam kondisi ekonomi yang penuh tantangan ini. Kami percaya ini awal yang positif untuk lebih banyak kolaborasi antara kami dan investor lain di tempat sektor di Indonesia," ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Ahad (23/5).
Konsorsium tersebut akan menjadi kendaraan utama anggota konsorsium berinvestasi jalan tol di Indonesia. Selama enam bulan ke depan, konsorsium setuju untuk mengevaluasi peluang investasi awal jalan tol yang akan menjadi basis operasi mereka.
Setelah itu, konsorsium ini akan terus mencari peluang investasi di sektor jalan tol untuk menambah portofolionya dari waktu ke waktu. Pada ketersediaan aset komersial, konsorsium diharapkan memiliki kapasitas investasi hingga Rp 54 triliun atau 3,75 miliar dolar AS.
INA bersama tiga lembaga investasi ini bermaksud untuk menghasilkan keuntungan optimal bagi investor, sekaligus membawa manfaat ekonomi bagi Indonesia dengan menyediakan sumber baru modal internasional untuk meningkatkan ekosistem jalan tol.
"Atas nama INA, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada anggota konsorsium yang bergandengan tangan dengan INA. Kepada kementerian atas dukungan kuat mereka, dan kepada Badan Usaha Milik Negara terkait atas kerjasamanya," ucapnya.
Direktur Eksekutif Departemen Real Estate & Infrastruktur ADIA Khadem Al Remeithi menambahkan, Indonesia merupakan pasar yang semakin menarik bagi investor internasional. Hal ini didukung pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan tren demografis yang positif.
“Selama beberapa bulan, kami telah bekerja sama dengan INA untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan masing-masing dan kami senang bahwa diskusi tersebut telah menyebabkan keterlibatan ADIA dalam Platform Investasi pertama INA bersama dengan investor jangka panjang terkenal lainnya," ungkapnya.
INA sebelumnya mendapatkan modal Rp 15 triliun atau sekitar satu miliar dolar AS dan tambahan Rp 60 triliun atau sekitar empat miliar dolar AS pada 2021. Pembentukan konsorsium pertama ini diharapkan membuka jalan bagi promosi INA kepada investor global.