Senin 24 May 2021 06:28 WIB

Benarkah Kacamata Pemblokir Cahaya Biru Efektif Digunakan?

Klaim apapun tentang kacamata anticahaya biru dan penyakit mata belum terbukti klinis

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi kacamata anti cahaya biru. Klaim apapun tentang kacamata anticahaya biru dan penyakit mata belum terbukti klinis
Foto: Pixabay
Ilustrasi kacamata anti cahaya biru. Klaim apapun tentang kacamata anticahaya biru dan penyakit mata belum terbukti klinis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan sebagian besar orang bekerja dari rumah selama pandemi, jam layar menatap ponsel dan laptop menjadi lebih panjang. Penawaran produk kacamata khusus yang diklaim bisa memblokir cahaya biru pun meningkat.

Berbagai jenama kacamata menghadirkan opsi lensa pemblokiran cahaya biru. Sebagian lensa memiliki warna kekuningan, namun ada juga merek yang menghadirkannya dalam warna optik bening yang lebih estetis.

Apa yang diklaim oleh kacamata anticahaya biru? Produk lazimnya diklaim dapat memblokir cahaya biru hingga 480 nanometer, serta sinar UVA dan UVB. Ini dikatakan dapat mengurangi ketegangan mata dan meningkatkan kejernihan visual.

Produk pun dimaksudkan membantu tubuh memproduksi melatonin, sehingga meningkatkan kualitas tidur. Beberapa pengecer telah melangkah lebih jauh dengan mengeklaim bahwa lensa ini 'melindungi' mata dari sinar biru yang 'berbahaya'.

Kata 'berbahaya' itulah yang menjadi masalah bagi sebagian besar profesional medis. Semua sinar UV dari matahari berpotensi berbahaya, tetapi cahaya biru yang berasal dari perangkat digital sama sekali tidak sekuat sinar UV.

Faktanya, tampilan pada perangkat digital hanya memancarkan sebagian kecil dari cahaya biru yang dipancarkan matahari. Klaim besar apapun tentang kacamata anticahaya biru dan penyakit mata belum terbukti secara klinis.

Jadi, hal itu perlu disikapi dengan bijaksana. Seperti kebanyakan hal, moderasi adalah kuncinya. Menatap layar secara berlebihan memang berpotensi mengganggu penglihatan dan mengganggu ritme sirkadian alami.

Menurut ahli medis, ketegangan mata dapat disebabkan oleh penggunaan layar yang berlebihan. Akan tetapi, hal ini bersifat sementara. Gejala mata lelah, mata kering, atau mata berair akan membaik setelah berhenti menggunakan perangkat.

Seseorang biasanya berkedip sekitar 15 kali per menit untuk membersihkan kotoran dan melembabkan mata). Namun saat terlalu fokus pada layar, membaca, atau mengemudi, frekuensi itu dapat berkurang sekitar 50 persen.

Tidak ada studi klinis yang menunjukkan bahwa kacamata pemblokir cahaya biru dapat mencegah penyakit mata. Karena sederhananya, sedikit cahaya biru yang dipancarkan dari layar saja tidak menyebabkan penyakit mata.

Meski demikian, tetap penting untuk mengurangi paparan cahaya biru. Sejumlah dokter mata pun menyarankan bahwa paparan cahaya biru yang berlebihan dapat dikaitkan dengan mata kering, katarak, dan degenerasi makula.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement