REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas Palestina meminta Amerika Serikat (AS) turun tangan untuk mendesak Israel menghentikan provokasi di wilayah Yerusalem Timur. Hal itu disampaikan setelah puluhan pemukim Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa dengan pengawalan aparat keamanan.
Juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh mengatakan, pembatasan dan pengepungan Israel di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem dan penggerudukan berkelanjutan di kompleks Masjid Al-Aqsa dapat memicu kembali ketegangan di sana. “Dukungan Israel kepada pemukim ekstremis sama saja dengan mengabaikan upaya Arab dan internasional secara terang-terangan untuk menghentikan agresi (Israel)," kata Rudeineh pada Ahad (23/5), dikutip laman kantor berita Palestina WAFA.
Menurut dia, Israel bisa disebut menyabotase upaya Mesir dan Amerika Serikat (AS) untuk meredam ketegangan, termasuk merealisasikan gencatan senjata di Jalur Gaza. Rudeineh mendesak AS segera terlibat dan mencegah kebijakan provokasi serta eskalasi yang Israel coba ciptakan lagi di kawasan tersebut.
Pertempuran antara Israel dan Hamas yang berlangsung selama 11 hari di Jalur Gaza, yakni pada 10-21 Mei, tak terlepas dari meningkatnya ketegangan di Yerusalem Timur. Sejak awal bulan ini, warga Palestina di Yerusalem Timur menggelar aksi demonstrasi menentang rencana Israel menggusur sejumlah keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah. Namun aksi itu direspons represif dan brutal oleh aparat keamanan Israel.
Situasi memburuk saat aparat keamanan Israel menggeruduk Masjid Al-Aqsa dan menyerang jamaah di dalamnya. Hamas sempat memperingatkan dan memberi tenggat waktu agar Israel segera menarik aparat keamanannya dari kompleks Al-Aqsa. Namun peringatan itu diabaikan. Hamas kemudian meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel. Aksi itu direspons Israel dengan melancarkan agresi bertubi-tubi ke Gaza.
Serangan Israel setidaknya menewaskan 248 warga Gaza, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita. Sementara sekitar 1.900 lainnya mengalami luka-luka. Otoritas kesehatan di Tepi Barat melaporkan 31 korban tewas. Dengan demikian total kematian yang tercatat adalah 279 orang di seluruh wilayah Palestina. Sementara itu serangan Hamas menewaskan 12 warga Israel.