Senin 24 May 2021 12:36 WIB

Menteri LHK Dukung Green Leadership bagi Generasi Muda

Indonesia butuh generasi penerus dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, saat membuka acara sekaligus menjadi pembicara pada Program Pendidikan Green Leaders yang digagas Institut Hijau Indonesia, di Jakarta, Ahad (23/5).
Foto: Kementerian LHK
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, saat membuka acara sekaligus menjadi pembicara pada Program Pendidikan Green Leaders yang digagas Institut Hijau Indonesia, di Jakarta, Ahad (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup serta kehutanan Indonesia sangat kompleks dan memerlukan atensi semua elemen bangsa, termasuk generasi muda. Indonesia membutuhkan generasi penerus dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang berkelanjutan.

“Kita membutuhkan generasi penerus sebagai pengelola lingkungan hidup dan kehutanan kedepan, yang dibekali pendidikan, pengetahuan dan leadership (kepemimpinan). Mereka adalah awal dari potensi untuk membangun dan menjaga lingkungan hidup, sebagai generasi muda yang mencintai Indonesia,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, saat membuka acara sekaligus menjadi pembicara pada Program Pendidikan Green Leaders yang digagas Institut Hijau Indonesia, di Jakarta, Ahad (23/5).

Green Leadership (Kepemimpinan Hijau) adalah kemampuan dari seorang individu pemimpin dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan dan dapat mempengaruhi serta memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan pro lingkungan tersebut.

Kualitas lingkungan akan menentukan masa depan, karena akan berdampak terhadap kualitas hidup manusia, seperti ekonomi, ketahanan pangan, dan lainnya. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki, teknologi, perilaku serta komitmen juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan dan kualitas interaksi dengan lingkungan, dimana generasi muda saat ini sebagai penentu.

photo
KLHK mendukung Program Pendidikan Green Leaders yang digagas Institut Hijau Indonesia, di Jakarta, Ahad (23/5). - (Kementerian LHK)

Sebagai negara yang sedang menikmati bonus demografi, Indonesia kini memiliki jumlah anak muda potensial penggerak perubahan yang sangat banyak. Berdasarkan statistik, dari 270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87 persen adalah generasi milenial (usia sekarang 24-39 tahun) dan 27,94 persen adalah generasi Z (usia 8-23 tahun). Potensi yang mereka miliki berupa idealisme, mobilitas tinggi dan dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial, inovatif dan kreatif serta keberanian dan keterbukaan, dapat dimaksimalkan untuk menjadi penggerak pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia kedepan.

“Di era sekarang, generasi X (usia sekarang 40-55 tahun) pada umumnya merupakan pemimpin puncak di berbagai organisasi/perusahaan, generasi milenial sebagai manajemen madya dan generasi Z menjadi angkatan kerja baru,” ungkap Menteri Siti.

Sebagai generasi penentu, Menteri Siti mengatakan generasi muda dapat terlibat langsung dalam aksi nyata upaya pelestarian lingkungan. Misalnya peran dalam pengelolaan sampah dan limbah, generasi muda dapat bergerak bersama-sama menjadi ecopreneur, menerapkan konsep Sirkular Ekonomi, serta dapat mendorong upaya pengelolaan sampah dan limbah berkelanjutan.

“Generasi muda dapat berperan dalam penerapan gaya hidup minim sampah, dengan mulai belanja tanpa kemasan, tolak dan kurangi penggunaan plastik sekali pakai, pilah sampah dari rumah, dan selalu habiskan makanan serta komposkan sisa-sisa makanan,” jelas Menteri Siti.

Selain itu, dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, generasi muda juga dapat berpartisipasi dengan terus menanam dan memelihara pohon. Dalam hal Penegakan Hukum LHK, Generasi milenial dapat berperan sebagai Agent of Change. Mereka dapat berperan aktif dalam diskusi terbuka; Kampanye melalui Media Sosial; Pengawasan sosial; Agent of Iron Stock; serta Penyampaian informasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Bahkan generasi ini dapat berpartisipasi dalam pengendalian karhutla dengan menanamkan kesadaran pada diri sendiri untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan; Membuat dan menyebarkan konten atau opini positif dan konstruktif di media sosial yang mendukung pelestarian alam dan lingkungan; dan Proaktif melakukan kampanye dan sosialisasi langsung di desa rawan karhutla dan kunjungan ke sekolah; serta Partisipasi dalam pengembangan inovasi pengendalian karhutla misalnya zat aditif untuk pemadaman di lahan gambut.

Adanya kejadian-kejadian besar seperti tsunami, kebakaran hutan, dan pemanasan global serta perubahan iklim, yang mengakibatkan kehancuran alam, menyadarkan generasi Z akan pentingnya alam. Hal ini menjadi pemicu kepedulian gen Z, yang merindukan suasana alam yang benar-benar terjaga seperti saat mereka kecil.

“Sangat baik ketika ada satu generasi yang menjadi pionir bagi kepedulian terhadap isu lingkungan. Untuk itu, sangatlah diperlukan dukungan dan perhatian dari generasi yang lebih matang untuk membuat generasi ini tetap pada jalannya yang idealis,” tegas Menteri Siti.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement