REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- National University of Singapore (NUS) mengatakan mereka telah merancang alat yang dapat mendeteksi Covid-19 melalui napas. Dalam pernyataannya, NUS menambahkan alat itu akurat dan dapat memberikan hasil dalam beberapa menit.
Pada Senin (24/5), Bloomberg melaporkan alat yang dikembangkan NUS ini merupakan alat tes Breathonix yang lebih canggih. Breathonix alat yang digunakan polisi untuk menentukan apakah sopir meminum-minum beralkohol atau tidak.
Orang yang diperiksa akan meniupkan senyawa kimia atau napas ke alat yang berbentuk corong satu arah. Perangkat lunak mesin pembelajar atau machine learning akan menentukan apakah orang tersebut terjangkit Covid-19 atau tidak.
Surat kabar the Straits Times melaporkan Singapura akan melakukan uji coba alat ini untuk warga Malaysia yang menyeberang dari Pos Perbatasan Tuas. Siapa pun yang dites positif dengan alat itu akan diperiksa lagi dengan tes PCR swab.
Saat ini, Singapura memeriksa orang yang datang dengan tes antigen yang akan tetap dipakai berdampingan dengan alat pemeriksa napas. Tes yang lebih cepat dan akurat akan menjadi kunci bagi sektor pariwisata yang melambat selama pandemi.
Walaupun Amerika Serikat (AS) dan sebagian Eropa angka kasus positifnya lebih tinggi sudah membuka lagi perbatasan mereka. Tapi Singapura dan sejumlah negara Asia masih ragu untuk membuka kembali perbatasan mereka dan menanggapi dengan tegas setiap kasus positif yang muncul.
Tes alat napas sudah menjalani tiga kali uji coba klinis, dua di Singapura dan satu di Dubai. Angka sensitivitasnya 93 persen dan sempat 95 persen dalam salah satu uji coba di Singapura yang melibatkan 180 orang pasien.
Sebelumnya, Indonesia telah menggunakan alat uji Covid-19 dengan menggunakan napas yang dinamakan GeNose. Alat tes Covid-19 ini telah digunakan terutama untuk calon penumpang transportasi umum kereta api. GeNose yang pertama kali dikembangkan oleh UGM itu diklaim dapat mendeteksi Covid-19 hanya dalam 80 detik.