Senin 24 May 2021 15:49 WIB

Perubahan Iklim Picu Tingginya Bayi Meninggal Saat Lahir?

Suhu lingkungan ekstrem saat kehamilan tampaknya meningkatkan risiko lahir meninggal.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Bayi baru lahir (ilustrasi)
Foto: AP/VOA
Bayi baru lahir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Para ilmuwan menemukan hubungan kenaikan suhu global berkaitan dengan banyak bayi yang lahir dalam kondisi meninggal. Penelitian dilakukan oleh tim di Sekolah Ilmu Bumi dan Lingkungan Universitas Queensland, Australia bersama dengan Institute Mater Research.

Peneliti meninjau 12 studi yang menemukan bahwa paparan suhu lingkungan yang ekstrem selama kehamilan mungkin meningkatkan risiko lahir meninggal, terutama pada tahap akhir kehamilan. Ini adalah penelitian yang sangat awal dan diperlukan studi lebih lanjut mengenai perubahan iklim.

Baca Juga

“Secara keseluruhan, risiko lahir mati tampaknya meningkat ketika suhu lingkungan di bawah 15 derajat Celcius dan di atas 23,4 derajat Celcius, dengan risiko tertinggi di atas 29,4 derajat Celcius,” ujar salah satu peneliti daru Universitas Queensland, Jessica Sexton, dilansir laman Uq.Edu, Senin (24/5).

Sexton mengatakan diperkirakan 17 hingga 19 persen bayi lahir meninggal disebabkan paparan kronis suhu panas dan dingin yang ekstrem selama kehamilan. Saat suhu dunia meningkat akibat perubahan iklim, hubungan ini berpotensi membuat potensi bayi lahir dalam keadaan meninggal.

“Namun, temuan ini berasal dari penelitian yang sangat terbatas yang tersedia saat ini, jadi ibu hamil tidak perlu cemas, masih banyak penelitian lanjutan yang perlu dilakukan,” jelas Sexton.

Sementara itu, ilmuwan lingkungan Scott Lieske mengatakan temuan dalam studi tersebut menunjukkan bahwa saat suhu dunia meningkat, perempuan di negara-negara berkembang akan lebih merasakan dampaknya. Ia menyebut hal ini terkait dengan rangkaian sumber daya yang rendah.

“Jika kaitan yang terlihat dalam penelitian ini membuktikan pengamatan lebih lanjut, mayoritas bayi lahir meninggal akan selalu terjadi di negara-negara yang sudah paling menderita,” kata Lieske.

Vicki Flenady, Direktur Center of Research Excellence in Stillbirth (Stillbirth CRE) di Mater Research, mengatakan penelitian tersebut menyoroti pentingnya penelitian untuk mengurangi tingkat kelahiran mati global. Ia mencatat bahwa pada 2021, tingkat kelahiran dengan kematian di dunia terjadi seita 16 detik.

Kelahiran dengan kematian memiliki dampak traumatis yang berkepanjangan pada perempuan dan keluarga mereka. Di Australia, masalah ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama.

Sementara itu, Flenady mengatakan akan mendorong para ibu hamil untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan mereka tentang tetap aman selama hari musim dingin dan hari di musim panas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement