Senin 24 May 2021 15:21 WIB

Osaka Kewalahan Hadapi Gelombang Keempat Covid-19

Rumah sakit Osaka mulai kehabisan tempat tidur dan ventilator untuk pasien Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Bendera Jepang
Foto: techgenie.com
Bendera Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, OSAKA -- Rumah sakit di kota terbesar kedua di Jepang, Osaka kewalahan menghadapi gelombang besar infeksi virus corona. Rumah sakit mulai kehabisan tempat tidur dan ventilator untuk pasien Covid-19.

Para dokter memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Osaka akan runtuh. Mereka menyarankan agar Olimpiade Tokyo yang digelar pada musim panas ini ditunda.

Baca Juga

Osaka yang dihuni 9 juta orang penduduk menderita pukulan paling parah dari gelombang keempat pandemi. Osaka mencatat, kematian akibat virus korona mencakup 7 persen dari total populasi penduduk. Sementara itu, hanya sekitar setengah dari staf medis Jepang yang telah menyelesaikan vaksinasi Covid-19.

"Sederhananya, ini adalah runtuhnya sistem medis. Varian Inggris yang sangat menular dan kewaspadaan yang menurun telah menyebabkan ledakan pertumbuhan jumlah pasien," kata Direktur Rumah Sakit Universitas Kindai di Osaka, Yuji Tohda.

Gelombang keempat pandemi virua korona menghantam prefektur Osaka, dengan 3.849 kasus baru dalam seminggu terakhir. Jumlah itu mewakili lompatan lebih dari lima kali lipat selama periode yang sama tiga bulan lalu.

Hingga Kamis (20/5), 96 persen dari 348 tempat tidur rumah sakit Osaka untuk kasus virus korona serius telah digunakan. Direktur Rumah Sakit Universitas Medis dan Farmasi Osaka (OMPUH), Toshiaki Minami mengatakan, varian baru virus corona bahkan dapat membuat orang muda sangat cepat sakit, bahkan mereka mengalami sakit parah. Pasien yang terinfeksi dengan virus corona varian baru itu merasa sulit untuk sembuh.

"Saya percaya bahwa hingga saat ini banyak anak muda yang mengira mereka tak terkalahkan. Namun, kali ini tidak demikian. Semua orang sama-sama menanggung risikonya," ujar Minami.

Minami mengatakan stok propofol atau obat utama yang digunakan untuk membius pasien yang diintubasi semakin menipis. Sementara rumah sakit Tohda kekurangan ventilator yang penting untuk pasien Covid-19 dengan kondisi sakit parah. Kepala Departemen Keperawatan di OMPUH, Satsuki Nakayama mengatakan, merawat pasien yang sakit kritis dalam menghadapi risiko infeksi membuat staf medis kelelahan.

"Saya punya beberapa staf unit perawatan intensif (ICU) yang mengatakan mereka telah mencapai titik puncak. Saya perlu memikirkan perubahan personel untuk mendatangkan orang-orang dari sayap rumah sakit lain," ujar Nakayama.

Ada sekitar 500 dokter dan 950 perawat bekerja di OMPUH, yang mengelola 832 tempat tidur. Sepuluh dari 16 tempat tidur ICU telah didedikasikan untuk pasien virus corona. Sementara 20 dari sekitar 140 pasien serius yang dirawat di rumah sakit meninggal di ICU.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement