Kampanye Boikot dan Solidaritas untuk Palestina
Red: Fernan Rahadi
Aksi warga London memberikan dukungan untuk rakyat Palestina, London, Sabtu (22/5). | Foto: AP/Alastair Grant
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lisa Listiana (Pendiri Visi Financial, Mahasiswi S3 Keuangan Islam International Islamic University Malaysia (IIUM)) & Agastya Harjunadhi (Pendiri Visi Peradaban Foundation)
Perlu gerakan dan pendekatan yang lebih masif dan terorganisir untuk melemahkan sistem yang telah melanggengkan kezaliman Zionis Israel terhadap masyarakat Palestina, salah satunya melalui kampanye boikot yang efektif.
Sejak akhir Ramadhan lalu, masyarakat Palestina menghadapi kembali kekerasan dan penyerangan Masjid Al Aqsa yang dilancarkan oleh polisi Israel. Karena penyerangan ini, setidaknya terdapat 212 korban jiwa, termasuk 61 anak-anak, 36 wanita, 16 lansia dan lebih dari 1250 orang terluka. Kekerasan ini dilakukan sebagai balasan atas protes damai yang dilakukan terkait pendudukan ilegal Israel di wilayah Sheikh Jarrah.
Sejak tahun 1948, tanah Palestina terus dirampas paksa oleh penjajah Zionis Israel. Lebih dari satu juta rakyat Palestina diusir dari rumahnya. Zionis Israel terus melakukan perampasan, penjajahan dan melanggar HAM masyarakat Palestina hingga hari ini. Dekan FISIP Universitas Airlangga menyebutkan bahwa sejak tahun 2015 setidaknya 7.000 anak-anak di Gaza ditangkap tentara Israel tanpa alasan yang jelas. Ratusan dari mereka menjadi korban intimidasi dan kekerasan yang melanggar hak-hak anak.
Dukungan masyarakat terus dimobilisasi dengan baik oleh para aktivis kemanusiaan di seluruh dunia. Di Indonesia, kampanye berdonasi untuk membantu masyarakat Palestina marak diberbagai media. Sebagai masyarakat yang dermawan, donasi yang terkumpul melalui lembaga dan NGO mencapai puluhan miliar rupiah.
Palestina merupakan yang paling awal mengakui kemerdekaan Indonesia. Bahkan pada tahun 1947, ketika Belanda melancarkan serangan agresi militer sebagai respon atas deklarasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, Palestina telah melakukan aksi solidaritas untuk Indonesia. Rekam jejak hubungan erat Indonesia dan Palestina tertulis dalam sejarah.
Sebagai orang Indonesia yang memiliki konstitusi dalam pembukaan UUD 1945 dengan bunyi "Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan" menjadi penting untuk kita memberikan perhatian pada isu ini. Terlebih bagi umat Muslim yang saudara seimannya dizalimi oleh penjajah sejak 73 tahun lalu. Isu Palestina hendaknya menjadi perhatian serius dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengambil peran sesuai kapasitas masing-masing.
Bagi yang memiliki kewenangan dan otoritas dalam kebijakan, sangat dibutuhkan perannya untuk mengambil langkah secara strategis dan proaktif. Bagi kita masyarakat umum, setidaknya satu hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan berpartisipasi dalam kampanye Boycott, Divestment, Sanctions (BDS). BDS atau dalam bahasa Indonesia adalah Boikot, Divestasi dan Sanksi, adalah gerakan/aksi global untuk menekan Israel dari segi ekonomi dan politik untuk menyudahi kezaliman yang dilakukan terhadap Palestina. Meski telah dimulai sejak tahun 2005, kampanye BDS ini nampaknya belum populer di Indonesia.
Sejauh ini memang sudah pernah ada narasi untuk memboikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Namun sependek yang penulis amati, boikot yang sudah pernah dikampanyekan masih bersifat umum. Tidak semua produk Yahudi terlibat atau berkontribusi secara langsung untuk melanggengkan sistem kezaliman yang dilakukan Zionis Israel selama ini. Artinya, kita perlu lebih jeli dalam melakukan aksi boikot. Perusahaan, produk, dan jasa apa saja yang berkaitan langsung perlu diidentifikasi.
Beberapa hari lalu, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengajak masyarakat untuk memboikot produk-produk yang berhubungan dengan Israel. Sebagai tindak lanjut dari ajakan ini, tulisan ini hadir untuk melengkapi informasi yang diperlukan.
Dalam kanal resmi kampanye BDS, https://bdsmovement.net/, boikot sebenarnya dapat dilakukan pada aspek akademik, budaya, dan ekonomi. Spesifik terkait ekonomi, terdapat beberapa perusahaan telah diidentifikasi dan dikonfirmasi terlibat dalam penjajahan Israel. Dari daftar tersebut, ada sebagian perusahaan yang produk dan jasanya sampai Indonesia, seperti Puma, HP, AXA, G4S, dan Caterpillar. Inilah yang sebenarnya bisa ditindaklanjuti oleh masyarakat Indonesia dalam gerakan boikot sebagai salah satu bentuk solidaritas kepada Palestina.
Boikot adalah aksi penolakan untuk bekerja sama, termasuk dalam urusan perdagangan. Dalam hal ini kita melakukan aksi penolakan kerja sama kepada perusahaan-perusahaan yang terlibat langsung dalam melanggengkan sistem zalim Israel. Teknisnya, masing-masing kita dapat menghindari konsumsi atau penggunaan atas produk dan jasa yang secara langsung berkontribusi dalam penjajahan Israel kepada Palestina. Jika setiap orang mengambil peran, termasuk untuk mengampanyekan gerakan ini, dampaknya secara ekonomi dapat lebih efektif.
Selama ini kebanyakan dari kita memberikan solidaritas dalam bentuk donasi ataupun aksi damai turun ke jalan. Tentu ini merupakan bentuk solidaritas yang sangat baik yang dapat lakukan. Mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir, maka sudah saatnya kita mengorganisir secara lebih sistematis gerakan boikot dalam rangka solidaritas kita kepada Palestina, sehingga dampaknya dapat lebih dirasakan oleh pihak-pihak terkait. Wallahua’alam.