REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh mencatat kasus baru Covid-19 tertinggi dalam sehari dengan 49 infeksi baru, sehingga angka totalnya jadi 992.
"Dari 312 orang Rohingya yang dites, 49 dilaporkan positif dalam 24 jam terakhir," kata kantor Komisaris Bantuan dan Repatriasi Pengungsi Bangladesh (RRRC) dalam sebuah laporan yang dirilis Ahad malam (23/5).
Korban tewas akibat Covid-19 di kamp pengungsi terbesar di dunia itu juga bertambah dua orang, sehingga jumlah kematian menjadi 15 jiwa. Sejauh ini, 665 Rohingya telah pulih dari Covid-19.
Bangladesh adalah rumah bagi lebih dari 1,2 juta orang Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari kekerasan militer di negara bagian Rakhine, Myanmar Barat, pada Agustus 2017.
Untuk menekan penyebaran virus di permukiman Rohingya yang padat, otoritas Bangladesh memberlakukan lockdown total selama 12 hari di lima kamp.
"Kami mengawasi lockdown total di lima kamp secara ketat. Dalam 24 jam terakhir, 117 orang telah dikarantina di pusat-pusat isolasi," kata Kepala Koordinator RRRC Abu Toha M.R. Bhuiyan.
Rohingya, yang digambarkan PBB sebagai kelompok paling teraniaya di dunia, menghadapi serangan brutal sejak 2012. Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan perempuan dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan operasi militer ke kelompok minoritas itu pada Agustus 2017.
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan Myanmar, sementara lebih dari 34.000 Rohingya dibakar hidup-hidup, dan lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, menurut laporan Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA).