REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Laporan kebencian anti-Muslim dan Islamofobia di Inggris meroket sebesar 430 persen pada 8-17 Mei dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sebuah kelompok pengawas, Tell Mama UK, menghubungkan lonjakan tersebut dengan eskalasi terbaru konflik Israel dan Palestina.
Menurut pernyataan yang dirilis pada Senin, kelompok itu mengatakan 13 laporan terkait serangan Islamofobia pada 1-7 Mei meningkat menjadi 56 pada minggu berikutnya dan mengatakan insiden itu jelas dipengaruhi oleh apa yang terjadi di Israel dan Palestina.
“Menyusul lonjakan tersebut, kami telah dan terus mengamati sejumlah laporan terkait contoh perundungan rasis di kalangan siswa. Dalam beberapa kasus, komentar yang mengkhawatirkan dan sepenuhnya tidak dapat diterima dari staf dan manajemen di beberapa sekolah terhadap siswa,” kata kelompok tersebut.
Mengutip Undang-Undang Kesetaraan 2010 Inggris, pernyataan itu menggarisbawahi bahwa badan publik termasuk sekolah harus memperhatikan untuk menghapus diskriminasi, memajukan kesetaraan antara mereka yang memiliki karakter yang dilindungi, dan mereka yang tidak dan harus berusaha untuk membina hubungan yang positif dan baik antara kelompok-kelompok tersebut.
Tell Mama UK mendesak penyelidikan penuh atas insiden semacam itu, di samping keterlibatan komunitas yang berarti dan pelatihan untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang kesetaraan ke depannya, untuk memahami bagaimana bahasa yang berbahaya berdampak pada siswa dan komunitas yang lebih luas.
"Guru juga harus memberi contoh dengan mengingatkan siswa bahwa intimidasi, rasisme, Islamofobia, dan bentuk kebencian lainnya tidak akan ditoleransi," tambah kelompok itu.
Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina bulan lalu setelah putusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah untuk mendukung kelompok pemukim Yahudi.
Situasi memburuk setelah pasukan Israel menggerebek Masjid al-Aqsa dan menyerang jamaah di dalamnya. Konfrontasi menyebar ke Jalur Gaza, dengan Israel melancarkan serangan udara yang menggugurkan sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, serta melukai lebih dari 1.900 lainnya.
Otoritas kesehatan di Tepi Barat juga mengonfirmasi 31 orang meninggal di wilayah pendudukan, dengan total 279 orang di seluruh wilayah Palestina. Dua belas warga Israel juga tewas dalam serangan roket Palestina dari Jalur Gaza.
Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Perumahan Palestina, 2.000 bangunan hancur total dan 15.000 bangunan menjadi tidak bisa digunakan dalam serangan Israel di Gaza.
Sekitar empat masjid dan puluhan kantor polisi hancur total dalam serangan itu, sementara banyak pabrik di kawasan industri menjadi tidak dapat digunakan.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967 dan mencaplok seluruh kota pada 1980, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.