REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pihak berwenang di pantai timur India pada Selasa (25/5) mulai mengevakuasi lebih dari satu juta orang ke tempat aman saat Topan Yaas mendekat. Langkah itu diambil beberapa hari setelah topan mematikan menghantam pantai barat.
Departemen Meteorologi India (IMD) mengatakan Topan Yaas sedang melanda Teluk Benggala dan akan menghantam negara bagian timur India, Odisha dan Benggala Barat, juga negara tetangga, Bangladesh, pada Rabu.
"Kemungkinan topan akan menyebabkan kerusakan skala besar," kata kepala IMD Mrutyunjay Mohapatra kepada Reu ters melalui telepon.
Para petugas mulai mengevakuasi orang-orang dengan mobil dan perahu dari daerah pesisir dataran rendah ke tempat penampungan di gedung-gedung pemerintah, sekolah, dan bangunan kokoh lainnya. Perempuan hamil dan anak-anak dikirim ke rumah sakit pemerintah, sementara para nelayan memindahkan perahu ke daerah pedalaman yang aman.
Di distrik Balasore di Negara Bagian Odisha, dekat tempat topan diperkirakan akan mendarat, para sukarelawan menyiarkan peringatan melalui pengeras suara guna mendesak orang-orang untuk pindah. "Evakuasi selalu menjadi tantangan. Secara umum, ada keengganan warga ... dan kali ini kita juga harus hadapi pandemi COVID," kata Vishal Kumar Dev, yakni seorang petugas yang mengawasi upaya bantuan di Balasore.
"Sering kali orang mengatakan 'kami akan pergi hanya kalau hujan menjadi parah'. Kami terus meyakinkan mereka (untuk pindah)," ujarnya.
Topan di Teluk Benggala sering terjadi pada sepanjang tahun ini, dan sering menderu hingga ke darat. Topan itu menyebabkan kematian dan kehancuran di daerah pesisir India dan Bangladesh.
Pekan lalu, Topan Tauktae --topan paling kuat yang menghantam wilayah barat India dalam lebih dari dua dekade-- menewaskan lebih dari 150 orang. Gelombang kedua infeksi virus corona yang memukul keras India telah menambah kesulitan untuk bersiap menghadapi badai. Para petugas di Odisha mengatakan mereka sedang melakukan tes antigen, pemeriksaan suhu, serta mengisolasi orang-orang dengan gejala Covid-19.