REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Pada 26 Mei 2000, pemimpin Hizbullah, Sheikh Hassan Nasrallah disambut oleh puluhan ribu pengikutnya selama perayaan kemenangan. Pawai kemenangan ini dirayakan atas mundurnya Israel dari Lebanon Selatan.
Dalam pidato kemenangan, Sheikh Nasrallah menjanjikan tanah yang disengketakan bakal dikembalikan ke Lebanon. Tahanan yang masih ditahan oleh Israel juga harus dikembalikan ke Lebanon.
Wilayah sengketa yang dimaksud adalah sebuah daerah yang dikenal sebagai pertanian Shebaa di perbatasan Lebanon dengan Suriah, yang diduduki oleh Israel sejak 1967. "Saya berjanji kepada Anda setiap tahanan akan segera dikembalikan dan pertanian Shebaa akan kembali ke Lebanon," ujar Sheikh Hassan Nasrallah seperti dilansir laman BBC History, Rabu (26/5).
Dalam aksi kemenangan di Bint Jbeil, dekat perbatasan dengan Israel, Syekh Hassan Nasrallah berdoa kepada Tuhan agar kemenangan dipenuhi dengan pembebasan seluruh wilayah dan pembebasan semua tahanan. Nasrallah mengatakan milisinya akan segera menarik diri dari Lebanon setelah Israel mundur.
Sebelumnya, pasukan penjaga perdamaian PBB yang dilengkapi dengan mobil lapis baja mulai berpatroli di bekas zona yang dikuasai Israel di Lebanon. Utusan khusus PBB, Terje Roed-Larsen, mengatakan pasukan penjaga perdamaian PBB akan ditempatkan dalam posisi permanen hingga perbatasan Israel setelah organisasi tersebut memverifikasi penarikan penuh Israel.
Sementara, pemerintah Lebanon juga telah mengerahkan sekitar 600 petugas polisi bersenjata di daerah yang baru dievakuasi. Namun, Beirut menolak untuk mengirim tentara. Pemerintah Lebanon mengatakan pihaknya lebih berkenan menunggu konfirmasi resmi penarikan Israel terlebih dulu.
Sheikh Nasrallah menyebut Israel tidak punya alternatif. Hizbullah menganggap semua wilayah Lebanon yang diduduki harus dipulihkan.
Namun pemimpin Muslim Syiah tidak berbicara tentang konsekuensinya jika Israel menahan diri. Pemimpin Hizbullah juga menyerukan hukuman berat bagi mereka yang bekerja sama dengan Israel selama tahun-tahun pendudukannya.
Sebanyak 1.500 anggota milisi telah menyerahkan diri mereka kepada pihak berwenang atau Hizbullah karena bekerja sama dengan Israel. Kerja sama ini bisa membawa hukuman mati di Lebanon. Peristiwa ini adalah bagian dari pendudukan Israel di Lebanon Selatan setelah negeri itu menginvasi Lebanon pada 1982.