REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Tempat pemungutan suara dibuka di seluruh Suriah dalam pemilihan presiden pada Rabu (26/5). Kemungkinan pemilihan tersebut akan mengantarkan Bashar al-Assad ke masa jabatan keempat sebagai presiden.
Di Fakultas Seni Universitas Damaskus, ratusan mahasiswa berbaris untuk memberikan suara, dengan beberapa bus diparkir di luar. "Kami datang untuk memilih presiden Bashar al-Assad. Tanpanya Suriah tidak akan menjadi Suriah," kata seorang mahasiswa perawat bernama Amal.
"Dengan darah dan jiwa kami korbankan nyawan kami untuk anda Bashar," kata mahasiswa lain yang bersorak di depan tempat pemungutan suara.
Assad pertama kali mengambil alih kekuasaan pada 2000 setelah kematian ayahnya Hafez. Hafez telah memerintah negara tersebut selama 30 tahun sebelumnya.
Pemerintah mengatakan, pemilu menunjukkan Suriah berfungsi normal meskipun telah terjadi perang selama satu dekade. Namun, oposisi dan negara-negara Barat memandangnya hanya sebagai penghambat cengkeraman Assad pada kekuasaan. Assad mencalonkan diri kembali melawan dua kandidat yang tidak dikenal.
Lawan Assad dalam pemilihan kali ini adalah mantan wakil menteri kabinet Abdallah Saloum Abdallah dan Mahmoud Ahmed Marei yang merupakan kepala sebuah partai oposisi kecil yang secara resmi disetujui.
Pemerintahan Assad telah mengalami perang selama satu dekade yang meletus setelah protes damai terhadap pemerintahan otoriternya pada 2011. Konflik tersebut telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir 11 juta orang dari rumah mereka, sekitar setengah dari populasi negara itu.
Para menteri luar negeri Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan mengkritik pemimpin Assad. Mereka menyatakan bahwa pemilihan tidak akan bebas atau adil.