REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasihat Federasi Pilot Indonesia Daryanto menilai program pensiun dini yang ditawarkan Garuda Indonesia merupakan kebijakan panik perusahaan. Saat ini, Garuda Indonesia tengah memasuki tahap awal menawarkan pensiun dini tersebut.
"Ini kelihatannya panik kalau saya lihat. Panic decision based on emotion. Harusnya kan, federasi dipanggil. Kami bisa kasih masukan," kata Daryanto, Rabu (25/5).
Daryanto menuturkan, padahal Garuda Indonesia bisa menawarkan cuti di luar tanggungan perusahaan dibandingkan pensiun dini. Menurutnya, dengan menawarkan pensiun dini maka akan lebih banyak biaya yang dikeluarkan oleh Garuda Indonesia.
Terlebih, Daryanto menuturkan, Indonesia National Air Carriers Association (INACA) memprediksi industri penerbangan dapat mulai pulih pada 2023-2024. Jika saat ini, sudah ditawarkan pensiun dini, maka pengeluaran yang harus disiapkan oleh Garuda menjadi dobel yakni pesangon dan biaya training jika ingin memanggil karyawan kembali bekerja.
"Kalau Garuda membutuhkan (saat industri penerbangan pulih), bisa dipanggil lagi. Itu ada training lagi. Tidak murah training itu," ujar Daryanto.
Dia mengatakan, lisensi yang sudah ada sekian lama juga perlu dilakukan training kembali. Dengan begitu, Daryanto menilai Garuda akan mengeluarkan biaya yang lebih besar.