Rabu 26 May 2021 17:12 WIB

Muhammadiyah Dorong Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga

Ini merupakan salah satu wujud komitmen membantu membangkitkan ekonomi rakyat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan lokakarya nasional Gerakan Ketahan Pangan Keluarga (Getapak) MCCC PP Muhammadiyah..
Foto: Dokumen.
Kegiatan lokakarya nasional Gerakan Ketahan Pangan Keluarga (Getapak) MCCC PP Muhammadiyah..

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah mengadakan lokakarya nasional Gerakan Ketahan Pangan Keluarga (Getapak). Ini merupakan salah satu wujud komitmen membantu membangkitkan ekonomi rakyat.

Getapak sudah dicetuskan sejak awal pandemi, diimplementasikan ke kabupaten/kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan DIY. Jangka pendek diwujudkan lewat agenda filantropi menciptakan lumbung pangan, pembagian sembako, dan santunan tunai.

Ketahanan pangan keluarga didasarkan ke penguatan ekonomi melalui pengembangan mata pencarian. Seperti pertanian perkotaan dan usaha kecil mikro dan menengah untuk mendorong ekonomi masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Masyarakat yang sebelumnya kehilangan pekerjaan, lewat Getapak sudah memulai usaha baru dan menghasilkan. Selain itu, masyarakat dibiasakan menerapkan urban farming, sehingga mampu menyediakan nutrisi untuk keluarganya masing-masing.

Manager Program Getapak, Dwi Bachtiar Kurniawan mengatakan, lokakarya ini untuk memfasilitasi fasilitator lapangan berbagi keberhasilan program Getapak. Lalu, mendapat pembelajaran dampak Getapak untuk didesiminasi ke masyarakat luas.

"Awalnya, program ini ada di zona hitam Covid-19 yang secara ekonomi daerah-daerah itu sangat terpukul, jadi kita intervensi lewat program Getapak. Kita dampingi keluarga terdampak untuk memulai usaha baru, khususnya bidang pangan," kata Bachtiar, kepada Republika.co.id, Rabu (26/5).

Ia bersyukur, kehadiran Getapak sudah dirasakan dampaknya bagi masyarakat yang terdampak covid-19 secara ekonomi. Minimal, program jangka menengah sudah mampu menjangkau sekitar 4.500 penerima manfaat yang diawali pemberian modal usaha.

Kemudian, penerima manfaatkan diarahkan, dilatih, didampingi, dan dipantau agar benar-benar memulai usaha serta mengalami kemajuan. Misal, kepada UMKM diberikan modal usaha Rp 2 juta dan sampai sekarang masih mampu menghidupi keluarganya.

Bachtiar menekankan, pendampingan dan pembinaan itu penting untuk memastikan modal usaha benar-benar berputar. Sehingga, pembelanjaan betul-betul tepat sasaran, dan tidak digunakan untuk hal-hal yang justru bersifat konsumtif.

"Kelebihan program Getapak ini memang karena kita menghadirkan fasilitator pendamping yang mendampingi setiap saat. Ada grup-grup UMKM, urban farming, dan lain-lain, semua sampai sekarang masih berjalan dan berkembang," ujar Bachtiar.

Ia berharap, lokakarya ini mampu menyerap informasi nyata dari masing-masing daerah. Sehingga, adanya sajian pembelajaran ini dapat menjadi bahan evaluasi dari dampak nyata program Getapak yang dirasakan langsung rakyat terdampak.

Sebab, fasilitator tentu memiliki banyak informasi yang bermanfaat untuk bisa dibagikan kepada kolega dan pemangku kepentingan. Baik terkait berlangsungnya proses, keberhasilan, maupun kegagalan implementasi program secara nyata. "Hal ini penting untuk menjadi pembelajaran dalam pemberdayaan masyarakat," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement