Rabu 26 May 2021 19:34 WIB

Rektor UIN Sumatra Utara: Waisak Momentum Perkuat Persatuan

Rektor UIN Sumatra Utara mengajak umat Budha dan segenap bangsa bersatu

Red: Nashih Nashrullah
Rektor UIN Sumatra Utara, Prof Syahrin Harahap, mengajak umat Budha dan segenap bangsa bersatu.
Foto: Dok Istimewa
Rektor UIN Sumatra Utara, Prof Syahrin Harahap, mengajak umat Budha dan segenap bangsa bersatu.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN –  Rektor UIN Sumatra Utara Prof Syahrin Harahap, mengatakan Peringatan Hari Trisuci Waisak 2565 TB yang dirayakan umat Buddha 26 Mei 2021, merupakan momentum ini meningkatkan kepedulian dan kesadaran moderasi beragama.    

"Peringatan Waisak perlu dimanfaatkan umat Buddha meningkatkan kesadaran pencerahan jiwa dan kepedulian pada sesama. Waisak adalah hari yang sempurna untuk amal, perayaan, membantu orang lain," kata Syahrin saat ditanya wartawan perihal Peringatan Hari Trisuci Waisak, Rabu (26/5/2021). 

Menurutnya, pada saat yang sama peringatan Waisak juga perlu juga dijadikan meningkatkan kesadaran moderasi beragama di kalangan umat Buddha. 

Senada dengan Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, Syahrin berharap, umat Buddha selalu memiliki pikiran, ucapan, dan perilaku damai sebagai wujud nyata cahaya kebenaran dalam meningkatkan kualitas beragama dan kerukunan antarsesama. 

"Semangat Waisak dan nilai-nilai luhurnya juga harus dijadikan sebagai spirit untuk bangkit dan bersatu," kata Syahrin yang merupkan pakar studi agama ini. 

Secara terpisah, dalam pesannya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berpesan kepada umat Buddha untuk menjadikan peringatan hari raya Tri Suci Waisak perekat tali persaudaraan antarsesama seperti yang tertuang dalam kitab suci Dhammapada.

"Kitab suci Dhammapada yang menyatakan bahwa kelahiran para Buddha merupakan sebab kebahagiaan. Pembabaran ajaran benar merupakan sebab kebahagiaan, persatuan merupakan sebab kebahagiaan, dan usaha perjuangan mereka yang telah bersatu merupakan sebab kebahagiaan," ujar Menag, Selasa (25/5).

Yaqut mengatakan peringatan Tri Suci Waisak kali ini kembali harus digelar di tengah pandemi Covid-19 dengan segala ketentuan-ketentuan pencegahan penularan. Interaksi dan silaturahim antar umat menjadi terbatas.

Kendati demikian, pandemi Covid-19 tak boleh membuat perayaan suci ini kehilangan makna. Justru, kata dia, sesuai ajaran Buddha bahwa sudah semestinya umat mengatasi segala penderitaan dengan saling menjaga antar sesama.

"Di sinilah kita sebagai umat beragama di Indonesia diuji untuk bisa memahami dan menjalankan nilai-nilai keagamaan yang kita yakini," kata Yaqut.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement