REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan pejabat tinggi di Kairo pada Rabu (26/5). Pertemuan itu bertujuan untuk menopang gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran terburuk dalam beberapa tahun antara Israel dan kelompok militan Palestina.
Mesir memainkan peran kunci dalam menengahi gencatan senjata setelah 11 hari terjadi kekerasan di Gaza. Gencatan senjata dilakukan dengan koordinasi bersama AS.
Dalam kunjungan singkatnya, Blinken bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, Menteri Luar Negeri Sameh Shoukry dan kepala intelijen umum Abbas Kamel di istana presiden di Kairo. Blinken tiba di Mesir setelah sebelumnya berkunjung ke Yerusalem, dan Ramallah. Dia juga dijadwalkan mengunjungi Yordania.
Pada Selasa (25/5) Blinken berjanji bahwa AS akan memberikan bantuan untuk membangun kembali Jalur Gaza, termasuk memberikan 5,5 juta dolar AS dalam bantuan bencana segera dan hampir 33 juta dolar AS untuk badan bantuan Palestina PBB yang berbasis di sana.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Mesir memiliki kontak keamanan dengan Hamas dan kemungkinan memiliki peran dalam menyalurkan bantuan. Selama pertempuran, Mesir membuka perbatasan Rafah antara Gaza dan Semenanjung Sinai untuk memberikan bantuan medis dan mengevakuasi orang yang terluka.
Mesir juga mengerahkan delegasi keamanan ke Israel dan Gaza untuk memperkuat gencatan senjata setelah diberlakukan pada Jumat (21/5) pagi.
Kepala Hamas di Gaza, Yehya Al-Sinwar mengatakan pada Rabu bahwa kelompok itu menyambut baik upaya Arab dan internasional untuk membangun kembali daerah Gaza. Dia memastikan bahwa akan ada transparansi dan tidak ada satu sen pun bantuan yang masuk ke kantong Hamas.
Hal ini mengacu pada pernyataan Blinken bahwa bantuan kemanusiaan murni disalukan untuk warga Gaza, dan tidak akan masuk ke kantong Hamas.
"Kami akan meringankan dan memfasilitasi tugas untuk semua orang dan kami akan memastikan bahwa proses akan transparan dan adil dan kami akan memastikan bahwa tidak ada sen yang masuk ke Hamas atau Qassam (sayap bersenjata Hamas)," kata Sinwar dalam konferensi pers.
"Kami memiliki sumber uang yang cukup untuk Hamas dan Qassam. Sebagian besar dari Iran dan sebagian dari sumbangan dari Arab, Muslim dan liberal dunia yang bersimpati kepada rakyat kami dan hak-hak mereka," ujar Sinwar.