REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peniliti mengungkapkan, rata-rata 15 persen dari 210 juta penduduk Brasil telah memiliki antibodi Covid-19. Studi yang didukung oleh lembaga riset (Fapesp) dan Universitas Federal Sao Paulo Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo ini dilakukan hingga akhir April 2021 ketika penularan virus corona meningkat.
Para peneliti di sana menemukan bahwa tingkat antibodi di seluruh Brasil sangat beragam. Misalnya 9,89 persen warga di Negara Bagian Ceara memiliki antibodi dan 31,4 persen di Amazonas. Amazonas merupakan negara bagian yang mengalami wabah parah virus corona, bahkan memunculkan bentuk baru yang berkembang di Brasil yang dikenal sebagai varian P1.
"Perolehan ini menunjukkan bahwa terdapat banyak variasi spasial dalam epidemi. Kami memiliki sejumlah epidemi dan tidak cuma satu di Brasil," kata kepala studi, profesor Marcelo Burattini dari Unifesp, Kamis (27/5).
Keberadaan antibodi Covid-19 memperlihatkan bahwa seseorang kemungkinan terinfeksi virus di sejumlah titik dan juga mungkin menandakan bahwa orang tersebut memiliki beberapa imunitas. Studi itu menguji 120 ribu orang di 133 kota madya di seluruh Brasil antara 25 Januari-24 April.
Burattini mengatakan mayoritas warga belum divaksin lantaran pengujian dipusatkan antara Januari hingga pertengahan Februari, ketika program vaksinasi nasional baru saja dimulai. "Kurang dari satu persen orang yang diuji mengatakan mereka telah menerima vaksin dan hampir tidak ada dari mereka yang mendapatkan vaksin kedua," kata dia.
Brasil menghadapi wabah terparah Covid-19 kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, dengan mencatatkan 450 ribu lebih kematian. Setelah berbulan-bulan meremehkan bahaya virus corona, Presiden Brasil Jair Bolsonaro menuai kecaman atas penanganannya terhadap pandemi dan peluncuran vaksin yang lamban serta tidak merata.