REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Utusan khusus PBB untuk Suriah mengatakan, meskipun lebih dari setahun berada dalam kondisi yang relatif tenang, rakyat Suriah berada dalam penderitaan kemanusiaan yang terus meningkat.
"Sungguh ironi dan tragis bahwa pada saat yang relatif tenang ini, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum konflik, merupakan periode penderitaan kemanusiaan yang besar dan terus meningkat bagi rakyat Suriah," kata Geir Pedersen kepada Dewan Keamanan PBB melalui telekonferensi, Rabu (26/5).
"Ini adalah masa kemelaratan ekonomi, pandemi, pengungsian, penahanan dan penculikan, sementara konflik kekerasan, terorisme dan pelanggaran hak asasi manusia terus berlanjut," ujarnya.
Pedersen mengatakan bahwa sementara garis pertempuran tidak bergeser dalam beberapa waktu, ada tanda-tanda berulang bahwa konflik 10 tahun Suriah bisa berubah panas, termasuk saling tembak dan serangan udara di barat laut Suriah.
"Ada lebih banyak penembakan di dalam dan sekitar Afrin dan Ayn Issa, dan serangan udara Israel di Suriah barat daya dan daerah yang dikuasai rezim," ujar dia.