REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi budidaya perikanan yang cukup besar, khususnya untuk komoditas lobster. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono merencanakan daerah itu menjadi pusat budidaya lobster nasional saat mengunjungi Pulau Lombok pada Maret lalu.
Menindaklanjuti rencana tersebut, Menteri Trenggono kembali bertemu dengan Gubernur NTB Zulkieflimansyah beserta jajaran pada Kamis (25/5) di Kantor KKP, Jakarta Pusat. Pertemuan ini membahas hal-hal strategis maupun teknis dalam rangka mewujudkan Lombok sebagai pusat budidaya lobster nasional.
"Kenapa kita kembangkan di sana, yang pertama NTB secara infrastruktur dan sumber daya manusia sudah memenuhi syarat, tinggal kita perkuat," ujar Trenggono.
Sepanjang tahun lalu berdasarkan data Pemprov NTB, produktivitas budidaya di kampung lobster Lombok Timur mencapai 82.568 kilogram atau setara Rp 41,28 miliar. Sedangkan jumlah pembudidaya sekitar 147 kelompok dengan total keramba jaring apung lebih dari 8.400 lubang.
Trenggono menyampaikan KKP memiliki dua skema program untuk mewujudkan Lombok sebagai pusat budidaya lobster nasional, yakni melalui program lobster estate atau kampung budidaya lobster. Tim KKP saat ini juga sudah berada di Pulau Seribu Masjid untuk melakukan survei sekaligus mengumpulkan data pendukung dalam menentukan program yang akan dipilih nantinya.
Trenggono menegaskan pelaksanaan program pengembangan harus sesuai dengan prinsip ekonomi biru, sehingga produktivitas tambak-tambak budidaya lobster tidak mengancam kelestarian laut Lombok yang indah dan bersih. Di samping itu, program pengembangan harus membawa berkah bagi masyarakat, baik dari sisi ekonomi maupun sosial.
"Tahun ini kita persiapan termasuk sosialisasi kepada masyarakat. Kalau kita sudah bisa menetapkan lokasi dan sebagainya, tahun di 2022 pembangunan dimulai," ucap Trenggono.
Sementara itu Gubernur NTB Zulkieflimansyah menjelaskan potensi budidaya lobster di wilayah kerjanya memang belum tergarap maksimal. Yang baru tergarap bahkan tidak sampai 10 persen dari total seribuan hektare area potensial.
Zul meyakini rencana pengembangan Lombok sebagai pusat budidaya lobster nasional akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kemudian kendala-kendala yang dihadapi pemda dan pembudidaya lobster selama ini juga bisa tersolusikan.
"Kendalanya seperti dinamika pasar yang tidak stabil, terbatasnya sarana prasarana pendukung kualitas budidaya termasuk mesin pencacah pakan, hingga penataan KJA yang belum sesuai dengan estetika lingkungan wisata," ungkap Zul.
Selain soal budidaya lobster, dalam pertemuan tersebut juga dibahas tentang rencana pengembangan budidaya udang dan rumput laut. Ada beberapa kawasan di NTB yang dinilai sangat cocok untuk mengembangkan budidaya dua komoditas tersebut.