REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kepala Asosiasi Dokter Jepang Naoto Ueyama mengingatkan Olimpiade Tokyo dapat menjadi penyebar Covid-19. Puluhan ribu orang yang akan datang ke Negeri Sakura itu berpotensi menularkan virus corona baru selama penyelenggaraan berlangsung, Juli-Agustus mendatang.
Pemerintah Jepang sebelumnya menyatakan Olimpiade aman dihelat di Tokyo. Setelah ditunda selama satu tahun, panitia penyelenggara mengeklaim hajatan olahraga terbesar di dunia itu dapat berjalan sesuai rencana.
Protokol kesehatan akan menjadi landasan utama pelaksanaan acara. Namun, tim medis meragukan hal tersebut dapat menghentikan laju penyebaran virus. Terlebih lagi, mutasi virus sudah bermacam-macam saat ini.
"Semua mutasi yang berada di tempat berbeda akan berkumpul di Tokyo. Kita tidak bisa menepis kemungkinan itu. Ini adalah situasi yang harus diperhatikan, bahkan Olimpiade Tokyo dapat menjadi sarana penyebar (virus). Ini akan menjadi tragedi, bahkan untuk 100 tahun ke depan," kata Naoto seperti dilansir Metro, Kamis (27/5).
Kekhawatiran tim medis bukan tanpa alasan. Sebab, Jepang tergolong sebagai negara dengan penerimaan vaksin rendah, hanya lima persen dari total populasinya.
Hal tersebut didukung oleh Kenji Shibuya, Direktur Institut Kesehatan Publik di King's College. Kenji yang turut berpartisipasi dalam program vaksinasi pemerintah, meragukan keamanan Olimpiade.
"Mutasi menyebabkan virus dapat berkembang di orang yang sudah mendapat vaksinasi dosis pertama. Situasi Jepang saat ini berbahaya untuk Olimpiade menurut saya," ujarnya.