Jumat 28 May 2021 00:41 WIB

Menko PMK: Usia Produktif Masih Banyak yang Menganggur

Jumlah usia produktif yang tergolong angkatan kerja di Indonesia ada 138 juta orang.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Andi Nur Aminah
Menko-PMK, Profesor Muhadjir Effendy
Foto: dok. Humas UMM
Menko-PMK, Profesor Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan masih banyak penduduk yang tergolong usia produktif masih menganggur sampai saat ini. Sehingga nantinya ia akan menyiapkan lapangan pekerjaan untuk masyarakat tersebut.

"Masih banyak penduduk yang tergolong usia produktif masih menganggur. Per Februari 2021, tingkat pengangguran di Indonesia telah turun menjadi 6,26 persen atau sebanyak 8,75 juta orang. Walaupun begitu, hal ini masih menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/5).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan jumlah penduduk usia produktif yang tergolong angkatan kerja di Indonesia ada sebanyak 138 juta orang. Jumlah itu mencapai 60 persen dari 270 juta total penduduk Indonesia. Hampir 60 persen penduduk Indonesia adalah usia produktif. Sisanya itu yang tidak produktif. Baik yang lansia maupun sekarang yang tertunda masuk perguruan tinggi atau masih di SMA atau SMK.

Ia menambahkan tugas pemerintah untuk menyiapkan lapangan pekerjaan melalui investasi besar-besaran mutlak harus dilakukan. Kalau Indonesia ingin angkatan kerja betul-betul bekerja dan masuk ke dalam angkatan kerja produktif. Lapangan pekerjaan yang produktif ini akan menjadi tantangan bersama. 

Lalu, kata dia, Indonesia tidak ingin terperangkap menjadi negara dengan pendapatan menengah (middle income trap). Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) menjadi bentuk komitmen pemerintah untuk membuka lapangan kerja bagi penduduk berusia produktif dan tidak terjebak menjadi negara berpendapatan menengah.

"Karena memang itu tidak ada pilihan kalau kami ingin menjadi negara maju dan tidak terperangkap dalam middle income trap. Itu kuncinya. Dan ini (membuka lapangan pekerjaan) yang harus dilakukan secara besar-besaran," kata dia.

Selain itu, pemerintah juga fokus mempersiapkan lapangan pekerjaan menghadapi puncak bonus demografi pada tahun 2030, dimana jumlah penduduk produktif mencapai puncaknya. Sehingga hal ini harus diantisipasi oleh pemerintah dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. "Kalau kami berhasil memanfaatkan bonus demografi maka kami bisa menjadi negara maju dan tidak terjebak pada negara pendapatan menengah," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement