Sabtu 29 May 2021 07:30 WIB

Manfaat Jika Masyarakat Mengamalkan Alquran

Alquran merupakan kitab mukjizat yang punya keistimewaan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Manfaat Jika Masyarakat Mengamalkan Alquran. Foto: Alquran dan Dzikir (ILustrasi)
Manfaat Jika Masyarakat Mengamalkan Alquran. Foto: Alquran dan Dzikir (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kitab Suci Alquran merupakan kitab mukjizat yang memiliki keistimewaan dari berbagai sisinya. Jika diamalkan, Alquran juga dapat menjadi pedoman bagi kehidupan manusia untuk menata kehidupan sosial.

"Terkait dengan sosial, Alquran secara lengkap memberikan panduan bagi umat manusia cara yang tepat untuk menata kehidupan masyarakat yang baik," kata Ketua umum Pengurus Besar Pemuda Al Irsyad Ustaz Fahmi Bahreisy Lc, Msi beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Kata Ustaz Fahmi, Alquran bisa menjadi pedoman dimulai dari hubungan keluarga, bertetangga, bermasyarakat dan bernegara. Bukan hanya cakupannya yang bersifat menyeluruh, akan tetapi metode pembinaannya pun juga berproses dan bertahap.

"Alquran lebih mendahulukan aturan yang bersifat antisipatif dan pencegahan daripada hukuman dan sanksi," katanya.

Maka dari itu kata Fahmi, ada kaidah syar'i yang berbunyi, "Ad-Daf'u awla minar raf'i" yakni; mencegah lebih diprioritaskan daripada memperbaiki. Menurut dia, tatkala aturan yang bersifat pencegahan tersebut diabaikan, sehingga ia jatuh pada perbuatan munkar.

"Maka Allah telah siapkan aturan lainnya yang berisi hukuman dan sanksi sebagai bentuk efek jera bagi pelakunya dan sebagai warning bagi orang lain," katanya.

Ustaz Fahmi menuturkan, dalam kehidupan bermasyarakat, Allah telah berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 11 dan 12 yang artinya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."

Ustaz Fahmi menerangka, dua ayat ini merupakan ayat yang isinya bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik dan perselisihan diantara umat manusia. Alquran telah memberikan metode terbaik untuk mengantisipasi potensi konflik dan permusuhan melalui dua ayat di atas.

"Namun, Allah SWT Dzat Yang Maha Pencipta, sangat mengetahui bahwa manusia dipenuhi dengan syahwat dan penyakit hati yang berpotensi untuk menciptakan terjadinya tindakan kriminal dan kejahatan," katanya.

Oleh karena itu, Allah membuat aturan-aturan yang berisi sanksi dan hukuman bagi para pelaku kejahatan dan kriminal. Orang yang melakukan pembunuhan misalnya, Allah SWT telah menetapkan aturan bahwa pelaku pembunuhan balasannya adalah juga dibunuh.

"Atau orang yang melakukan pencurian, maka ia terkena hukum potong tangan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement