Memahami Pentingnya Siap Siaga Bencana
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Warga menghadiri sarasehan peringatan 15 tahun gempa bumi DIY-Jateng. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Refleksi 15 Tahun Gempa Bumi DIY-Jateng turut dilaksanakan di Monumen Lindu Gedhe Klaten, Jawa Tengah. Peringatan ini tidak cuma menjadi pengingat apa yang pernah terjadi pada masa lalu, tapi momentum pembelajaran membangun kesiapsiagaan.
Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr Agung Harijoko mengatakan, Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten jadi salah satu desa terdampak. Banyak masyarakat menjadi korban jiwa dan pengungsian tersebar di semua tempat.
Sejak bencana 2006, Sengon didampingi PSBA UGM jadi model Desa Tangguh Bencana. Pelatihan dan peningkatan pengetahuan masyarakat setempat melalui pendekatan-pendekatan lokal diharapkan mendorong masyarakat menjadi lebih tangguh bencana.
Ia menilai, kesiapsiagaan masyarakat memegang peranan penting mengurangi risiko bencana. Kesadaran kalau daerah tempat tinggal mereka berpotensi terkena bencana yang bisa terjadi kapan saja menjadi komponen penting membangun kesiapsiagaan.
"Peringatan kejadian gempa bumi 2006 untuk mengingatkan gempa bumi bisa datang sewaktu waktu, sehingga kita harus siap siaga," kata Agung.
Refleksi 15 tahun gempa DIY-Jateng dimulai dengan gotong royong membersihkan Monumen Lindu Gedhe, sarasehan dan sosialisasi SOP desa tangguh bencana di Sengon, dan bimbingan teknik wanita tangguh bencana bersama PKK Desa Sengon.
"Untuk mengurangi resiko bencana perlu adanya peningkatan kapasitas masyarakat, termasuk perempuan. Sebab, perempuan merupakan kelompok masyarakat yang memegang peranan penting dalam mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana," ujarnya.