Jumat 28 May 2021 14:34 WIB

Sentuhan Brilian Unai Emery di Liga Europa

Unai Emery meraih empat kemenangan di final Liga Europa dalam karier kepelatihannya.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Villareal Unai Emery mencium trofi saat dia merayakan kemenangan bersama para pemainnya setelah memenangkan pertandingan final Liga Europa antara Manchester United dan Villarreal di Gdansk, Polandia, Kamis (27/5) dini hari WIB.
Foto: AP / Michael Sohn, Pool
Pelatih Villareal Unai Emery mencium trofi saat dia merayakan kemenangan bersama para pemainnya setelah memenangkan pertandingan final Liga Europa antara Manchester United dan Villarreal di Gdansk, Polandia, Kamis (27/5) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, GDANSK -- Unai Emery membuktikan diri sebagai pelatih top Eropa setelah membawa Villarreal mengangkat trofi Liga Europa pertama kalinya usai menang di partai final lewat drama adu penalti atas Manchester United (MU), di Stadion Energa Gdansk, Polandia, Kamis (27/5) dini hari WIB. Brilian adalah ungkapan yang pantas disematkan kepada Emery.

Pasalnya, dari lima final yang pernah dilalui Emery, empat di antaranya berakhir dengan trofi, yaitu tiga kali bersama Sevilla dan sekali dengan Villarreal. Namun, Emery gagal mempersembahkan trofi ini untuk Arsenal pada musim 2018/2019 karena dikalahkan Chelsea di partai puncak.

MU sejatinya favorit memenangkan pertandingan tersebut karena materi pemain yang lebih mapan dibandingkan Villarreal. The Red Devils juga terhitung tim langganan Liga Champions. Tetapi Emery seolah sudah tahu bagaimana memenangkan gelar di kompetisi ini.

Laga berlangsung imbang 1-1 pada waktu normal dan tambahan waktu. Skuad Kapal Selam Kuning, julukan Villarreal, unggul lebih dulu melalui Gerard Moreno pada babak pertama. Iblis Merah menyamakan kedudukan pada babak kedua melalui striker asal Uruguay, Edinson Cavani.

Emery tahu apa yang harus dilakukan di saat timnya kalah dalam penguasaan bola. Mantan pelatih Paris Saint-Germain (PSG) itu menginstruksikan agar anak asuhnya mempertahankan skor 1-1 hingga penentuan pemenang ditentukan lewat adu penalti. Sebab jika Villarreal meladeni permainan menyerang MU, Emery mungkin khawatir Juan Mata dkk akan membobol gawang Villarreal.

Strategi Emery memaksa pertandingan hingga ke babak adu penalti terbilang tepat. Timnya akhirnya menang dengan skor 11-10 setelah kiper MU David de Gea gagal mengeksekusi tendangan penalti.

"Di Liga Europa kami benar-benar tanpa cela. Beberapa hari sebelumnya kami datang pukul enam pagi ke stadion untuk mempersiapkan pertandingan hari Ahad. Semua ini membuat perjalanan (berharga)," kata Emery usai pertandingan dilansir dari Reuters, Kamis.

Emery memuji kinerja pemainnya dalam laga tersebut yang dinilai sempurna. Skuad Villarreal mempersembahkan kegembiraan kepada banyak orang berkat kerja kerasnya.

Emery bergabung dengan Villarreal pada Juli 2020, sembilan bulan setelah dipecat oleh Arsenal karena rangkaian hasil buruk yang diraih selama bersama the Gunners. Ia kemudian menyingkirkan Arsenal di babak semifinal Liga Europa musim ini. Meski demikian, ia menegaskan itu bukan bentuk balas dendam.

"Ketika saya berada di Arsenal, kami memainkan final Liga Europa dan tidak bisa menang. Tetapi itu adalah proses, dari pertandingan itu saya belajar banyak untuk memenangkan pertandingan ini, mungkin,” ujar Emery.

Bagi pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer, ini adalah kegagalan mempersembahkan gelar pertama untuk the Red Devils. Kegagalan ini pun tak bisa dimungkiri akan memunculkan suara-suara sumbang yang meminta agar Solskjaer hengkang dari Old Trafford. Namun sejauh ini belum ada kepastian tentang nasib Solskjaer di Old Trafford.

MU menjalani awal musim dengan performa buruk. Namun harapan mengangkat trofi kemudian muncul ketika menjadi pesaing Manchester City dalam perburuan gelar Liga Primer Inggris, walaupun pada akhirnya finis sebagai runner-up.

Gagal di Liga Primer Inggris, Solskjaer punya harapan mempersembahkan trofi dari Liga Europa. Tetapi harus berakhir mengecewakan. Kegagalan tersebut membuat MU tetap berpuasa gelar sejak 2017. “Ini bukan musim yang sukses, tentu saja,” kata Solskjaer.

Mantan kapten MU, Rio Ferdinand, menilai para pemain besar MU tak dapat menemukan momen penting saat dibutuhkan. Menurutnya, MU hanya mengandalkan kekuatan individu sepanjang musim.

Ferdinand tak melihat peran Bruno Fernandes, Cavani, dan Mason Greenwood berhasil di partai tersebut. "Di sepertiga terakhir, mereka tak mengambil cukup banyak peluang, mereka tak cukup mengambil risiko, dan kreativitas hari ini tak ada,” jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement